Aden, Yaman (ANTARA News) - Tujuh petempur kelompok Syiah Yaman, Al-Houthi, tewas dan lima lagi cedera dalam satu serangan yang diduga dilancarkan oleh anggota Al Qaida di Provinsi Al-Bayda, Yaman Selatan, Rabu malam (28/1), kata seorang pejabat pemerintah.

"Beberapa pria bersenjata yang tak dikenal dan diduga sebagai agen Al Qaida menyerang satu rumah seorang tetua suku yang bersekutu dengan kelompok Al-Houthi di Kota Kecil Radda, Provinsi Al-Bayda, sehingga menewaskan tujuh orang di dalamnya," kata pejabat tersebut.

"Semua korban itu sedang mengadakan pertemuan dengan pemimpin suku di dalam rumah tersebut ketika serangan bersenjata itu dilancarkan," kata pejabat tersebut, sebagaimana dikutip Xinhua. Ia menambahkan kedua pihak terlibat baku tembak selama sekitar setengah jam.

Negara Arab itu telah dirongrong kerusuhan sejak 2011, ketika protes massal memaksa presiden Ali Abdulah Saleh untuk meletakkan jabatan.

Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi mengambil alih jabatan pada 2012, tapi mengajukan pengunduran diri kepada parlemen pada 22 Januari, di tengah pertikaian dengan kelompok Al-Houthi.

Sejak itu Yaman telah terus menghadapi upaya pemisahan diri dan jaringan Al Qaida di bagian selatan serta kelompok bersenjata, termasuk faksi tangguh Al-Houthi, di bagian utaranya.

Pada Senin (26/1), Utusan PBB Jamel Benomar bertemu dengan para pemimpin Al-Houthi, yang merebut istana presiden pekan lalu dan membuat negara Arab itu terperosok ke dalam krisis yang lebih parah.

Pertemuan diadakan di antara serangkaian pembicaraan yang dilakukan diplomat Maroko tersebut di Sanaa untuk berusaha menengahi kesepakatan setelah Presiden Abd-Rabu Mansur Hadi --yang didukung Barat-- mengundurkan diri, kata Juru Bicara PBB Stephane Dujarric kepada wartawan.

Benomar menjelaskan kepada 15 anggota Dewan Keamanan dalam konferensi video dari Sanaa bahwa Yaman berada di tepi jurang, sementara Al-Houthi menguasai Ibu Kota Yaman, kata dua diplomat yang menghadiri rapat itu.

Benomar mengatakan Hadi dan kabinetnya efektif berada dalam tahanan rumah dan kekerasan bisa meletus setiap saat. Tapi ia menambahkan bahwa kesepakatan pembagian kekuasaan "mungkin saja dicapai", kata diplomat tersebut.

Utusan PBB itu juga berhubungan dengan negara lain di Teluk yang telah memberi dukungan kuat kepada Hadi, yang pengunduran dirinya pada Kamis (22/1) masih memerlukan pengesahan oleh parlemen.

Krisis telah menimbulkan kekhawatiran bahwa Yaman, yang terletak di sebelah Arab Saudi --yang kaya akan minyak, bisa dinyatakan sebagai negara gagal.

(Uu.C003)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015