Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Kamis sore, menguat 5 poin menjadi 12.482 per dolar AS dibanding sebelumnya 12.487 per dolar AS.

"Bank sentral AS (the Fed) yang menyatakan tetap bersabar untuk menaikan suku bunga menjadi salah satu penopang rupiah kembali berada di area positif," kata Kepala Riset Monex Investindo Futures Ariston Tjendra.

Kendati demikian, menurut dia, penguatan nilai tukar domestik itu masih terbatas seiring dengan the Fed yang meningkatkan penilaian terhadap ekonomi dan pasar tenaga kerja yang membaik meski inflasi diperkirakan masih melambat.

"Ekspansi aktivitas ekonomi AS berada pada laju yang solid, kondisi pasar tenaga kerja menunjukkan peningkatan dan turunnya tingkat pengangguran," katanya.

Dalam pertemuan Komite Pasar Terbuka Federal (FOMC), ia mengemukakan bahwa para pembuat kebijakan the Fed menyatakan inflasi AS dalam jangka pendek akan menurun, namun akan naik secara bertahap menuju 2 persen dalam jangka menengah setelah dampak dari rendahnya harga energi mulai memudar.

Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova menambahkan bahwa sentimen kebijakan bank sentral Eropa (ECB) yang akan mengeluarkan stimulus keuangannya akan dapat menahan rupiah dari tekanan jika the Fed merealisasikan kenaikan suku bunga AS (Fed rate).

"ECB yang akan melakukan quantitative easing dapat mendorong likuiditas keuangan global meningkat, negara-negara berkembang termasuk Indonesia yang masih memiliki potensi pertumbuhan akan mendapatkan dampak positifnya," katanya.

Sementara menurut kurs tengah Bank Indonesia rupiah bergerak melemah menjadi 12.515 dibandingkan hari sebelumnya, Rabu (28/1) di posisi 12.498 per dolar AS.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015