Palangka Raya (ANTARA News) - Komisi X DPR RI, Kamis, mengunjungi SMAN 2, SMKN 1 serta SMPN 1 Palangka Raya untuk memantau kesiapan tiga sekolah tersebut menghadapi Ujian Nasional.

Selain memantau kesiapan sekolah juga ingin memastikan apakah siswa telah memahami bahwa UN tidak lagi penentu kelulusan, kata perwakilan Komisi X DPR RI Asdi Narang di sela-sela kunjungannya, Kamis.

"Sekarang ini kan rapor juga menjadi penentu bagi kelulusan para siswa. Jadi, jangan sampai nilai UN rendah tapi nilai di raport sangat tinggi. Ini jadi permasalahan," tambah dia.

Di hadapan para siswa maupun guru, Politisi dari Partai Demokrasi Indonesia itu menyampaikan bahwa nilai UN juga akan menjadi salah satu syarat jika ingin mengajukan beasiswa melajutkan pendidikan ke perguruan tinggi.

Dia pun meminta agar para siswa tidak menganggap remeh UN sekalipun bukan penentu kelulusan, sehingga berbagai persiapan seperti tahun-tahun sebelumnya tetap dilaksanakan.

"Kalau mengenai fasilitas, saya rasa tiga sekolah yang kami kunjungi telah memenuhi standar dan tidak ada masalah dalam proses UN. Sekarang ini terpenting semua memahami peran UN sebagai pembanding," kata Asdi.

Ketua Rombongan Komisi X DPR RI Iman mengatakan mengenai adanya blacklist atau tanda merah bagi sekolah yang ketahuan dan terbukti mempermainkan isi rapot akan diberlakukan saat mendaftar di perguruan tinggi.

Hanya, lanjut dia, blacklist tersebut tidak bersifat permanen melainkan dapat diperbaharui setiap tahunnya. Sebab tidak selalu sekolah mempermainkan nilai rapor.

"Kalau sebelumnya nilai siswanya bermasalah, bukan berarti sampai seterusnya bermasalah. Tetap ada pertimbangan apabila tahun sebelumnya sekolah tersebut berbuat curang," kata Iman.

Anggota DPR RI itu berpesan kepada para siswa di Palangka Raya, apabila nantinya jadi mahasiswa, harus jadi mahasiswa yang sangat menjaga almamater.

"Supaya adik-adiknya nanti tidak kena imbas seperti salah satu sekolah yang ada di Palangka Raya ini," demikian Iman.

Pewarta: Jaya Wirawana Manurung
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015