Jakarta (ANTARA News) - Bahan tenun yang tebal kerap dianggap kurang cocok untuk busana sehari-hari di Indonesia yang beriklim tropis. Perancang Barli Asmara mengungkapkan kiat agar tenun dapat menjadi pakaian nyaman: pintar memadu padan.

"Tenun bisa dipakai untuk luaran, dipakai di kantor yang dingin, bisa berupa blazer, cape atau ponco,” ujar Barli di Kementerian Pariwisata, Kamis.

Dia mengatakan ada tenun-tenun yang bahannya lebih tipis sehingga cocok untuk dipakai sebagai busana sehari-hari, baik itu busana formal atau semi formal.

Menurut perancang Dian Pelangi, salah satu contoh tenun yang berbahan lebih tipis dan cocok disulap menjadi busana siap pakai adalah kerajinan buatan suku Sasak di Lombok.

“Tidak terlalu tebal tapi tidak mudah kusut. Kalau dari suku Bima bahannya lebih tebal, cocok untuk luaran dan musim dingin,” imbuh dia.

Karya-karya Barli, Dian dan juga Zaskia Sungkar akan ditampilkan di perhelatan New York Fashion Week 2015 pada 14 Februari mendatang.

Ketiganya menggunakan bahan tenun dari Nusa Tenggara Barat menjadi adibusana (haute couture) sesuai kreativitas dan ciri khas masing-masing.

Dian mengatakan tekstur, proses pembuatan dan kualitas tenun Lombok sudah menjadi modal yang lebih dari cukup untuk membuat rancangan adibusana (haute couture).

“Kain Lombok teksturnya tebal, jadi pas dengan cuaca di Amerika yang dingin. Selain itu tidak mudah kusut, tidak mudah luntur dan kualitasnya bagus. Untuk membuat haute couture perlu yang kualitasnya tinggi, dan ini kualitasnya di atas ready to wear,” papar dia.

Pewarta: Nanien Yuniar
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015