Moskow (ANTARA News) - Mantan pemimpin Uni Soviet Mikhail Gorbachev memperingatkan Eropa potensi serangan balik Rusia yang berbahaya karena semakin terisolasi setelah pada Kamis, Uni Eropa menyiapkan sanksi tambahan yang lebih kuat untuk pemerintah Kremlin.

Peringatan pemimpin terakhir Soviet tersebut diberikan saat setiap harinya korban berjatuhan di bagian timur Ukraina yang dikuasai kaum separatis dalam perang selama sembilan bulan yang terancam akan berubah menjadi konflik abadi di Eropa.

Gorbachev mengatakan bahwa keputusan Barat untuk menanggapi kekerasan dengan menyalahkan Rusia dan mengeluarkannya dari akses pasar modal Amerika Serikat (AS) dan Eropa dapat berubah menjadi perang terbuka yang akan memberikan pengaruh buruk untuk dunia.

"Akan ke mana ujung semua ini? Perang dingin sudah terjadi secara terbuka. Apa berikutnya? Sayang sekali saya tidak bisa memastikan perang dingin ini akan berubah menjadi perang panas atau tidak," kata peraih Nobel Perdamaian berumur 83 tahun itu.

Pemberontak proRusia pada minggu lalu membatalkan semua dialog damai dan melakukan serangan baru yang diikuti peluncuran roket ke kota pelabuhan strategis Mariupol yang mengakibatkan 31 orang tewas.

Komandan pemberontak menolak tuduhan serangan ini walau pengawas internasional di lokasi mengatakan hal sebaliknya.

Namun mereka terus mengancam untuk masuk ke daerah indstri di bagian timur yang masih dipengaruhi oleh tentara proUkraina dan pemerintah Barat di bawah kesepakatan damai pada bulan September di Belarus antara kedua kubu yang bertikai.

"Kami mengumumkan Perjanjian Minsk sudah tidak berlaku," kata komandan separatis Donetsk Eduard Basurin kepada wartawan, seperti dilansir AFP.

AS dan sekutu Eropanya melihat gelombang pemberontakan yang terjadi baru-baru ini adalah ancaman balasan oleh Presiden Rusia Vladimir Putin karena pada tahun lalu pemerintah pendukung Kremlin diusir dari Kiev.

Presiden Ukraina Petro Poroshenko, yang pasukannya hanya bisa bertahan karena kurangnya persenjataan, terus melakukan kontak melalui telepon dan meminta para pemimpin dunia menekan Putin dan pengikutnya mantan KGB serta para taipan.

Juru Bicara Presiden Poroshenko mengatakan bahwa Wakil Presiden AS Joe Bidden, Rabu, "mendukung tindakan presiden Ukraina dan mempertimbangkan untuk memperluas sanksi atas Rusia".

Sementara itu para pemimpin Uni Eropa secara bulat mendukung penambahan sanksi atas Rusia. Pernyataan ini dikeluarkan di sela sesi di Brussels, Selasa.

Meskipun baru-baru ini pemimpin Yunani dan Siprus tidak menyetujui pernyataan ini namun itu tidak mempengaruhi suara 28 menteri luar negeri yang menyetujui rancangan tersebut, Kamis.

Sanksi Barat sebelumnya yang bersamaan dengan jatuhnya harga minyak membuat Rusia jatuh ke dalam resesi.

Hal ini membuat para investor Barat menjauh dari Rusia dan membuat keadaan ekonomi negara itu mengalami keadaan ekonomi yang sama ketika Putin baru mengawali pemerintahannya 15 tahun yang lalu.

Namun disinyalir sanksi tidak akan mempengaruhi pendekatan keras Putin terhadap Barat ataupun menggoyahkan kepercayaan warga negaranya kepada pemerintah di Kremlin, demikian AFP.

(M054/H-AK) 

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015