Surabaya (ANTARA News) - Muktamar Nahdlatul Ulama (NU) 2015 dijadwalkan digelar di empat pondok pesantren di Jombang, Jawa Timur, yakni Darul Ulum, Bahrul Ulum, Mamba'ul Ma'arif Denanyar, serta Tebuireng.

"Empat pondok pesantren itu akan dijadikan lokasi sidang-sidang dalam agenda muktamar mendatang," ujar Ketua Pengurus Besar NU Saifullah Yusuf di Surabaya, Jumat.

Selain untuk agenda sidang, di pondok pesantren tersebut juga akan digunakan sebagai tempat menginap peserta muktamar yang datang dari pengurus cabang dan wilayah se-Indonesia.

Tidak hanya pondok pesantren, panitia juga memanfaatkan alun-alun kabupaten setempat sebagai lokasi sidang pleno yang nantinya dipasang tenda berukuran besar.

Sementara itu, Muktamar NU ke-33 yang diselenggarakan pada 1-5 Agustus 2015 tersebut menggunakan sistem "ahlul halli wal aqdi" (AHWA) atau musyawarah ulama akan diterapkan dalam pemilihan rais/ketua.

"Sistemnya memakai ahlu halli wal aqdi untuk menghindari adu kiai sehingga tidak langsung," kata Gus Ipul, sapaan akrabnya.

Ia menjelaskan, AHWA itu nanti ada sembilan kiai kharismatik yang diusulkan dari bawah, lalu akan memilih salah satu di antara mereka sebagai Rais Aam Syuriah dalam muktamar dan akhirnya menetapkan beberapa calon ketua umum untuk diserahkan muktamirin untuk dipilih.

"Dengan cara ini juga dilakukan untuk menghindari aksi dukung-mendukung yang mencolok di antara para kiai. Agar tidak seperti Pilkada," tukas mantan menteri negara pembangunan daerah tertinggal itu.

Meski masih dilangsungkan beberapa bulan lagi, namun nama-nama calon ketua umum dan Rais Aam sudah mengemuka, antara lain pengasuh Pondok Pesantren Tebuireng Salahuddin Wahid dan calon petahana Said Aqil Siroj.

Sedangkan untuk Rois Aam, dua nama yakni KH Mustofa Bisri (Gus Mus) yang merupakan petahana, serta mantan Ketua Umum PBNU yang kini menjabat Dewan Pertimbangan Presiden KH Hasyim Muzadi.

Pewarta: Fiqih Arfani
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015