Kalau ada rusunami, pasti akan banyak makelar.

Surabaya (ANTARA News) - Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini menyatakan pihaknya tidak tertarik membangun rumah susun sederhana milik (rusunami) sebagaimana yang sudah dilakukan di DKI Jakarta.

"Saya tidak tertarik rusunami. Kita serahkan ke swasta," kata Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini saat ikut menyambut kedatangan Wakil Presiden RI Jusuf Kalla di proyek Apartemen Rusunami Puncak CBD, kawasan Wiyung Kota Surabaya, Sabtu.

Menurut dia, pihaknya lebih memprioritaskan membangun rumah susun sederhana sewa (rusunawa) di sejumlah kawasan di Kota Pahlawan. Hal ini dikarenakan tidak semua orang bisa mencicil angsuran pembelian rusunami sampai Rp500 ribu.

"Kalau warga pendapatnnya Rp600 ribu, sementara angsurannya Rp500 ribu. Itu kan tidak mungkin," katanya.

Apalagi, lanjut dia, tiap unit luasannya sama antara rusunami dan rusunawa, yakni 21 meter persegi. "Jadi, saat ini kita konsentrasi di rusunawa. Saya ini mengangkat warga yang tinggal di pinggiran sungai," katanya.

Selain itu, lanjut dia, pihaknya juga membantu orang yang selama ini tinggal di rumah kontrak.

"Kalau pakai rusunawa, hanya bayar Rp600 ribu. Akan tetapi, kalau rumah kontrak, bayar Rp2 juta per tahun," katanya.

Untuk rusunawa sendiri, lanjut dia, selama ini pembangunanya dikerjakan pemerintah pusat.

"Pemkot hanya menyediakan lahannya, akses jalan dan pengurukan pemerintah pusat akan bangun kalau semua sudah siap," katanya.

Sementara itu, Ketua DPRD Kota Surabaya Armuji yang juga mengikuti acara yang sama mengatakan bahwa pihaknya tidak setuju jika Pemkot Surabaya membangun rusunami.

"Kalau ada rusunami, pasti akan banyak makelar. Bisa saja, orang yang punya uang banyak pinjam KTP warga. Setelah dapat, warga tersebut menjual kepada orang kaya tadi. Orang kaya tadi kemudian menjual kepada orang lain dengan harga mahal," katanya.

Untuk itu, lanjut dia, sebaiknya pemkot lebih fokus pada pembangunan rumah susun yang ada.

"Bila perlu tiap kawasan ada rusunnya. Makin banyak rusun, makin bagus untuk mengikis kawasan kumuh di Surabaya," katanya.


Pewarta: Abdul Hakim
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2015