Jakarta (ANTARA News) – Wakil Presiden Jusuf kalla menyatakan bahwa tantangan Nahdhatul Ulama (NU) ke depan, tidak mudah. Ke depan, masalah dan tantangan yang akan dihadapi oleh bangsa ini, termasuk oleh NU akan datang dan pergi dengan spesifikasinya yang selalu berubah dari zaman ke zaman.

Jika dahulu, para sesepuh berjuang dengan membangkitkan semangat keislaman, membakar semangat umat dan memajukan bidang pendidikan dengan mendirikan ribuan, bahkan puluhan ribu pesantren dan sekolah-sekolah, mungkin, apa yang harus diperjuangkan generasai sekarang ini berbeda.

Demikian disampaikan Wapres Jusuf Kalla ketika membuka Harlah NU ke-89, di Gedung PB NU, Jalan Kramat Raya, Jakarta, Sabtu (31/1) malam sekaligus Launching Muktamar NU ke-33 dengan tema: Memperkuat Khittah 1926, Menyongsong 1 Abad Nahdlatul Ulama”.

Tampak hadir sejumlah Menteri Kabinet Kerja, yakni antara lain, Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin, Menristet dan Tekonolgi Pendidikan Tinggi, M Natsir, Mensos Khofifah Indar Parawansa, Men-Desa PDT dan Transmigrasi,Marwan Ja’Far, Menpora Imam Nahrawi dan Menakertrans M Hanif Dzakiri.

Wapres melihat, ada beberapa tantangan yang dihadapi oleh NU. Tantangan-tantangan ke depan tersebut antara lain, Pertama, tantangan mengenai kebangsaan. Kemajuan, kemakmuran, kemiskinan dan lain sebagainya, merupakan tantangan, termasuk juga pemerataan, kesehatan, pendidikan, teknologi yang lebih baik, semua merupakan tantangan. Indonesia, dan juga negara lain, membutuhkan kreativitas dan inovasi. Untuk itulah, tantangan mengenai kebangsaan akan diuji dan dibuktikan.

"Kedua, Tantang Ideologis. Kita akan dihadapkan pada masalah, tentang bagaimana mensikapi hal-hal tertentu yang radikal. Hanya beberapa orang saja, mampu membuat Islam tercoreng. Ini bukan pada orangnya, namun lebih pada ajaran yang dia yakini. Mengapa atas nama agama, rela membunuh diri dan orang lain. Ini karena, surga dijual murah dalam ideologinya." Wapres mengajak seluruh umat NU untuk terus memegang teguh ideologi yang lebih moderat.

“Sebagai negara dengan penduduk terbesar di dunia, harusnya, tanggungjawab kita juga besar. Meski demikian, apa yang kita punyai, jarang dijadikan referensi oleh negara lain. Pada akhirnya, agama adalah tentang peradaban dan akhlak. Mari kita lihat dengan seksama, di dunia Islam, akhlak lagi kacau. Banyak sekali terjadi kekerasan dan pembunuhan. Adalah tugas Indonesia, untuk menjadi referensi dunia, referensi pemikirannya, tentang Islam yang moderat, berbobot, Islam jalan tengah yang rahmatan lil alamin” ajak Wapres.

Wapres berharap, ke depan, Indonesia mampu menjadi pusat pendidikan pemikiran Islam yang moderat dan solutif. Dan untuk ini, Wapres mengapresiasi PB NU yang telah mendapatkan izin untuk mendirikan 23 universitas dan perguruan tinggi.

“Ketiga, Tantangan Kemajuan. Ke depan, kita harus juga menjadi produsen, tidak sekedar konsumen. Untuk itulah, NU sangat diharapkan peran dan sumbangsihnya untuk kebaikan dan kemajuan bangsa ini” harap Wapres.

Wapres melihat, NU merupakan sebuah lembaga yang luar biasa dan mampu beradaptasi sedemikian rupa sehingga, mampu berkembang dan bertahan lama. Dalam pandangannya, tidak mudah suatu organisasi Islam dapat berkembang sedemikian rupa hingga hampir satu abad.

“Di Indonesia, yang kita kenal, baru NU dan Muhammadiyah. Hal ini terjadi karena keikhlasan, kerja keras dan amal ibadah yang telah dijalankan oleh para pendiri, pendahalu dan pengurus hari ini. Disamping itu, hal ini juga didasari atas keyakinan, bahwa mengembangkan organisasi, mampu membina dan meningkatkan ibadah kita. Tak heran, dengan jumlah anggota sekitar 89 juta, NU menjelma menjadi organisasi Islam terbesar di dunia. Bandingkan dengan Kuwait yang mempunyai penduduk hanya 1 juta. Atau Malaysia yang muslimnya hanya sekitar 15 juta.” tutur Wapres.

Dalam kesempatan tersebut, usai membuka Harlah dan Launching Muktamar ke-33 NU di Jombang 1-5 Agustus 2015 yang ditandai dengan pemukulan bedug Wapres menandatangani prasasti untuk 23 universitas dan perguruan tinggi NU, yang telah mendapat ijin resmi dari pemerintah.

Ke-23 Universitas-PT tersebut adalah: Universitas Nahdhatul Ulama (UNU) Cirebon, UNU Jakarta, UNU Lampung, UNU Surabaya, UNU Sumatera Utara, UNU Sulawesi Selatan, UNU Kalimantan Barat, UNU Kalimantan Timur, UNU Kalimantan Selatan, UNU Jawa Timur (Sidoarjo), UNU Sumatera Barat, UNU NTB.

Universitas Nahdhatul Ulama (UNU) Sulawesi Tenggera, UNU Bumi Hijrah Maluku Utara, UNU Al-Ghazali Cilacap, UMNU Kebumen, UMAHA Sidoarjo, UNU Raden Rahmad, STIKES NU Tuban, STIKES NU Kediri, STIKES Bagu NTB, STIKIP NU Indramayu an UNUGRI Bojonegoro. Universitas dan perguruan tinggi ini melengkapi beberapa universitas dan perguruan tinggi NU yang telah berdiri di beberapa tempat di Tanah Air.

Editor: Copywriter
Copyright © ANTARA 2015