Jakarta (ANTARA News) - Presiden Joko Widodo telah melantik Triawan Munaf sebagai Kepala Badan Ekonomi Kreatif, lembaga baru yang memiliki kewenangan anggaran setingkat kementerian dan bertanggung jawab langsung kepada Presiden.

Mantan personel Giant Step, grup musik beraliran progresif rock asal Bandung tahun 1970-an, ini ditunjuk berdasarkan Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 9 P tahun 2015 dan dilantik Presiden Jokowi di Istana Merdeka, pada Senin (26/1).

Usai dilantik, musisi, pengusaha, dan politisi itu langsung mendeklarasikan perang terhadap pembajakan, khususnya lagu dan film di Indonesia.

Triawan menyatakan ingin menggandeng Kepolisian RI (Polri) membentuk detasemen khusus (Densus) untuk memberantas praktik pembajakan itu.

"Kita ingin membentuk satgas bersama Mabes Polri, semacam Densus 88 untuk memberantas pembajakan," katanya usai dilantik.

Indonesia hingga saat ini terkenal sebagai negara tempat banyak terjadi aksi pembajakan hak atas kekayaan intelektual (HAKI).

"Paling utama adalah perlindungan HAKI, apalagi sekarang sudah ada undang-undang baru untuk HAKI. UU-nya sudah baik sehingga untuk para pelaku praktisi kreatif sudah terlindungi," katanya.

Setelah tak lagi "ngeband" Triawan mengembangkan bisnis periklanan. Ia menjadi pengusaha di bidang periklanan dengan mendirikan Euro RSCG AdWork pada 26 Desember 1989. Adwork juga menjadi agency yang membuat logo PDI Perjuangan berupa lambang Banteng Moncong Putih.

Dalam beberapa tahun terakhir ia terlibat dalam dunia politik bergabung dengan PDI Perjuangan. Ayah dari artis Sherina Munaf itu sempat menjadi anggota tim sukses Jokowi-Jusuf Kalla. Namanya sempat masuk dalam bursa sebagai calon menteri ekonomi kreatif dalam Kabinet Kerja.

Triawan menyatakan bahwa pihaknya akan memetakan subsektor ekonomi kreatif apa yang bisa dijadikan "champion" atau andalan.

"Kita harus berbicara dengan para praktisi, lalu kita petakan," kata kakak musikus Fariz RM itu.

Badan baru yang dipimpinnya itu akan mengatur subsektor ekonomi kreatif, terdiri dari subsektor aplikasi dan "game developer", arsitektur, disain interior, disain komunikasi visual, disain produk, "fashion", film animasi video, fotografi, kriya, kuliner, musik, penerbitan periklanan, seni pertunjukan, seni rupa, serta televisi dan radio.

Triawan juga mengatakan bahwa Presiden ingin subsektor yang selama ini kurang dapat perhatian misalnya bisnis "online", diperhatikan, dilindungi, jangan buru-buru dilepas ke pihak asing.

Pemerintah serius
Pembentukan badan tersebut menunjukkan bahwa pemerintah serius mengembangkan ekonomi kreatif.

Dalam nomenklatur badan itu direncanakan akan ada enam kedeputian yang berada di bawah koordinasi Kepala Badan yakni Deputi Riset Edukasi dan Pengembangan, Deputi Akses Permodalan, Deputi Infrastruktur, Deputi Pemasaran, Deputi Fasilitasi HAKI, dan Deputi Hubungan Antar-Lembaga dan Wilayah.

Perkembangan industri kreatif di Indonesia boleh dibilang cukup menggembirakan. Menurut sebuah laporan pada tahun lalu, pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) industri kreatif pada 2013 dibanding tahun sebelumnya mencapai 5,76 persen, lebih tinggi dari pertumbuhan nasional 5,74 persen.

Secara berurutan, kontribusi terbesar pada bidang ini diberikan oleh industri mode, kuliner dan kerajinan. Nilainya pun tidak boleh dianggap remeh karena mencapai Rp 641,82 triliun, tujuh persen dari nilai PDB nasional Rp 9.109, 12 triliun.

Ketua Umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) DKI Jakarta Rama Datau mengungkapkan bahwa sektor ekonomi kreatif saat ini, menempati posisi ketujuh dari 10 sektor ekonomi nasional dengan menyumbang PDB sebesar 6,9 persen atau senilai Rp573,89 triliun dari total kontribusi ekonomi nasional.

Dalam penciptaan lapangan kerja peran ekonomi kreatif juga kian strategis. Ekonomi kreatif menempati posisi ke-4 dari 10 sektor ekonomi dalam kategori jumlah tenaga kerja. Ekonomi kreatif menyumbang 11.799.568 orang atau 10,65 persen pada total angkatan kerja nasional yang sebesar 110.808.154 orang.

Bagi Rama Datau, Triawan Munaf akan mampu mengembangkan ekonomi kreatif di Indonesia dengan lebih inovatif.

"Beliau pernah jadi musisi pada era 1970-an, dan kemudian menjadi pengusaha atau praktisi periklanan. Dari sisi pengalaman sudah mumpuni. Tinggal ditunggu pembuktiannya," katanya.

Oleh Ahmad Buchori
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015