Jika tidak disatukan, kedua bank akan bersaing di bidang yang sama, memperebutkan dana dan kredit, padahal dipunyai pemerintah"
Jakarta (ANTARA News) - Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Sofyan Djalil menanggapi positif wacana penggabungan (merger) dua bank BUMN --PT Bank Mandiri dan PT Bank Nasional Indonesia (BNI)-- karena dinilai dapat memperkuat daya saing perbankan nasional di Asia Tenggara.

"Itu ide yang bagus, Indonesia belum memiliki bank yang besar terutama untuk bersaing di ASEAN," kata Sofyan Djalil di Jakarta, Senin malam.

Sofyan mengatakan hal tersebut memang masih wacana dan belum dirumuskan matang oleh pemerintah, namun Indonesia adalah negara berpotensi ekonomi terbesar di kawasan sehingga memang sangat membutuhkan bank bermodal besar yang dapat bersaing menjalankan fungsi intermediasi di kawasan.

"Kita besarkan dulu hingga modalnya cukup sehingga ekonomi kita yang terbesar di ASEAN bisa memiliki bank yang cukup besar, sehingga bisa berkiprah di kawasan ASEAN," ujarnya.

Bank Mandiri, salah satu bank dengan aset terbesar di Indonesia menempati peringkat 9 di ASEAN. Pada 2015 ini, Bank Mandiri diusulkan pemerintah mendapat penyertaan modal negara (PMN) sebesar Rp5,6 triliun dengan skema penerbitan saham baru (rights issue).

PMN ini untuk mendorong Bank Mandiri masuk Qualified Asean Banking (QAB). Syarat masuk QAB adalah memiliki modal yang sebanding dengan bank-bank regional ASEAN lainnya, dan rasio kecukupan modal (CAR) 17,5 persen pada 2019

Direktur Eksekutif Asosiasi Bankir di bidang manajemen risiko (Bankers Association for Risk Management/BARa Indonesia) Pardi Sudrajat sendiri mendukung merger Bank Mandiri dan BNI.

"Jika tidak disatukan, kedua bank akan bersaing di bidang yang sama, memperebutkan dana dan kredit, padahal dipunyai pemerintah," ujar Pardi.

Menurut dia, baik Mandiri dan BNI bergerak pada bidang yang sama dan memperebutkan pangsa pasar yang sama pula sehingga penggabungan kedua bank dinilai akan berdampak baik.

"Bila persaingan itu dilanjutkan dengan sesama bank pemerintah, pasar akan mengalami kerusakan," kata Pardi.



Pewarta: Indra Arief Pribadi
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015