Perdana menteri memerintahkan bahwa jam malam di Baghdad dicabut seluruhnya mulai Sabtu ini."
Bagdad (ANTARA News) - Perdana Menteri Irak Haider al-Abadi memerintahkan jam malam, yang telah berlangsung bertahun-tahun, di Bagdad dicabut untuk mengurangi pembatasan dalam kehidupan sehari-hari, kendati kekerasan terus terjadi, kata pejabat, Kamis.

Mencabut jam malam merupakan perubahan besar dalam kebijakan lama untuk mengatasi kekerasan di ibu kota negara itu dengan membatasi kegiatan pada malam hari, lapor AFP.

Pembatasan itu tidak berhasil menghentikan pemboman, yang terus berlangsung.

"Perdana menteri memerintahkan bahwa jam malam di Baghdad dicabut seluruhnya mulai Sabtu ini," kata Brigadir Jenderal Saad Man, juru bicara Komando Operasi Baghdad.

Abadi menginginkan kehidupan di sana "senormal mungkin walaupun berada dalam keadaan perang", kata juru bicaranya Rafid Jaboori, merujuk pada perang terhadap kelompok pejihad Negara Islam (ISIS).

Ini adalah "bagian dari tindakan terhadap terorisme serta perang melawan mereka," ujarnya.

Pernyataan dari kantor Abadi itu mengatakan sang perdana menteri juga telah memerintahkan agar jalan-jalan penting di ibu kota dibuka "untuk membantu pergerakan para warga negara", dan bahwa daerah Adhamiyah dan Kadhimiyah di bagian utara Baghdad dijadikan "zona sipil".

Pernyataan itu tidak memberikan rincian tentang jalan-jalan mana saja yang akan dibuka atau apa rencana yang dibuat bagi dua wilayah berdekatan, yaitu bekas daerah yang dimiliki mayoritas warga Sunni, dan kemudian Syiah.

Pos-pos pemeriksaan tentara dan polisi di seputar Baghdad menyebabkan kemacetan parah, yang menjadi sumber kekesalan warga Irak, serta lemahnya prosedur keamanan yang tampaknya tidak bisa mencegah pergerakan para militan.

Jam malam telah diterapkan selama bertahun-tahun, namun belakangan ini kebanyakan berlangsung dari tengah malam hingga pukul 5.00 waktu setempat.

(Uu.T008/B002)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015