New York (ANTARA News) - Harga minyak dunia melonjak pada Kamis (Jumat pagi WIB), dalam sebuah perdagangan yang fluktuatif), menghapus sebagian kerugian besar hari sebelumnya dalam apa yang para analis katakan sebagai sebuah "technical rebound".

Patokan AS, minyak mentah light sweet atau West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman Maret, melonjak 2,73 dolar AS (4,2 persen) menjadi ditutup pada 50,48 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange, lapor AFP.

Minyak mentah Brent North Sea untuk Maret, patokan Eropa, menetap di 56,57 dolar AS per barel di perdagangan London, meningkat 2,41 dolar AS (4,4 persen) dari tingkat penutupan Rabu.

"Volatilitas merajalela di pasar minyak sekarang, harga berkisar naik dan turun sebesar 5,0 persen setiap hari, sehingga para pedagang berdesak-desakan untuk mengambil posisi," kata Jasper Lawler, analis pasar di kelompok perdagangan CMC Markets UK.

Matt Smith dari Schneider Electric mengatakan bahwa tindakan Kamis lebih dari apapun disebabkan oleh "technical bounce-back" dari penurunan tajam.

Terpukul oleh data resmi yang menunjukkan peningkatan lain dalam persediaan minyak mentah AS pada Rabu, mencapai tingkat tertinggi dalam 30 tahun terakhir, WTI jatuh hampir lima dolar AS, atau hampir sembilan persen, menggemakan sebuah penurunan tajam harga di Brent yang merupakan yang terbesar sejak November.

Selama tiga sesi sebelumnya, harga minyak telah naik hampir 20 persen karena investor berspekulasi pasokan akan mengetat dalam jangka panjang karena perusahaan-perusahaan minyak utama mengurangi investasi dan pengeboran mereka untuk mengatasi penurunan harga.

Volatilitas pasar dalam lima hari terakhir berada pada tingkat tertinggi sejak 2009 pada indeks volatilitas VIX untuk WTI, kata Ole Hansen, seorang analis di Saxo Bank.

Minyak mentah telah kehilangan sekitar 60 persen dari nilainya sejak Juni, ketika harga berada pada lebih dari 100 dolar AS per barel.

"Pasar benar-benar mencari tanda-tanda bahwa kelebihan produksi yang merupakan pendorong dominan dalam aksi jual telah dibatasi," kata Gene McGillian dari Tradition Energy.

"Saya belum berpikir kita bisa benar-benar menyimpulkan bahwa itu terjadi."

(Uu.A026)

Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015