Cilacap (ANTARA News) - Menteri Koordinator Kemaritiman Indroyono Soesilo mengatakan bahwa wilayah Kecamatan Kampung Laut, Kabupaten Cilacap, Jawa Tengah, akan dijadikan model desa pesisir.

Saat berdialog dengan tokoh masyarakat Kampung Laut di Kantor Kecamatan Kampung Laut, Sabtu, Indroyono mengatakan bahwa Kampung Laut dikenal di seluruh dunia karena kecamatan yang berada di kawasan laguna Segara Anakan itu memiliki hutan mangrove terakhir di Pulau Jawa.

"Oleh karena itu, nantinya akan banyak tenaga ahli yang datang ke Kampung Laut dan Segara Anakan untuk mempelajari hutan mangrove tersebut," katanya.

Menurut dia, hutan mangrove memiliki peran penting dalam menyerap karbondioksida (CO2) dan dikeluarkan lagi menjadi oksigen (O2).

Terkait hal itu, dia mengatakan bahwa pihaknya bersama Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kemen PU dan Pera) ingin mencoba menjadikan Kampung Laut sebagai model desa pesisir.

"Kebetulan Bapak Menristek (Menteri Riset Teknologi dan Pendidikan Tinggi Muhammad Nasir, red.) punya program, namanya desa inovasi nelayan. Beliau-beliau datang ke saya," katanya.

Dalam hal ini, kata dia, Menristek dan Dikti ingin mencari model untuk penerapan desa inovasi nelayan.

Mendengar rencana tersebut, dia mengaku langsung teringat dengan Kampung Laut yang nantinya akan menjadi pintu masuk internasional.

Oleh karena itu, kata dia, pihaknya menawarkan Kampung Laut sebagai model penerapan program dari Kemenristek dan Dikti tersebut.

"Tapi siap (atau) tidak ya warga di sini," kata Menteri yang disambut teriakan "siap" dari warga.

Setelah memastikan kesiapan warga, Indroyono mengatakan bahwa untuk tahap awal, pihaknya akan mencoba lebih dulu dengan membuat model rumah instan bertingkat panggung sebanyak satu unit.

Jika hasilnya bagus, kata dia, pihaknya bersama Pemerintah Kabupaten Cilacap akan kembali membuat beberapa unit rumah instan itu.

"Tapi satu kita pasang di Kampung Laut," tegasnya.

Selain itu, kata dia, pihaknya juga akan memasang sistem air minum berkapasitas 1 liter per detik dengan memanfaatkan air payau Segara Anakan sehingga bisa memenuhi kebutuhan masyarakat Kampung Laut yang selalu mengalami krisis air bersih.

Kendati demikian, dia mengharapkan masyarakat Kampung Laut dapat membentuk koperasi untuk mengelola dan merawat sistem air minum tersebut.

"Selain air minum, kami juga akan mencoba sistem sanitasi di sini," katanya.

Dengan adanya model rumah instan serta sistem air minum dan sanitasi, dia mengharapkan hal itu bisa menjadi dasar untuk kucuran bantuan-bantuan selanjutnya seperti pembinaan budi daya kepiting dan sebagainya.

Lebih lanjut, Indroyono mengatakan bahwa Duta Besar Jerman dan Prancis direncanakan akan datang ke Kampung Laut guna melihat mangrove di kawasan laguna Segara Anakan.

Dia mengaku akan melobi dua duta besar itu agar lulusan terbaik dari Sekolah Menengah Atas Negeri Kampung Laut bisa kuliah di negara mereka.

"Caranya, waktu mereka melakukan kajian bersama dengan Unsoed (Universitas Jenderal Soedirman Purwokerto) segala macam, siswa SMA itu jadi asistennya. Nanti kalau sudah lulus, tolong ya diberangkatkan ke sana (Jerman atau Prancis, red.)," katanya.

Di tempat yang sama, Deputi Menristek dan Dikti Bidang Relevansi dan Produktivitas Agus Puji Prasetyono mengatakan bahwa pihaknya memiliki program mewujudkan 1.000 kampung inovasi nelayan dalam waktu 1.000 hari atau tiga tahun.

Ia mengatakan bahwa pada tahun keempat, kampung inovasi nelayan itu diharapkan lebih profesional dan memiliki daya pasar yang meningkat.

Dengan demikian, kata dia, pada akhir masa jabatan Presiden Joko Widodo, kampung inovasi nelayan itu sudah lebih dewasa dan bisa lebih bersaing di area pasar yang bebas.

"Kita akan buat para petani nelayan memiliki produktivitas yang meningkat. Kita akan bentuk semacam koperasi, kita akan perkuat jaringan pasar, jaringan inovasi, kita akan perkuat juga hubungan antara satu kabupaten dan kabupaten lain untuk membentuk jaringan pasar yang lebih kuat," katanya.

Menurut dia, hal itu bisa dicapai jika petani nelayan memiliki kemampuan salah satunya jiwa kewirausahaan yang dibangun dari diri sendiri sehingga ilmu pengetahuan dan teknologi (iptek) dapat diterapkan.

Dalam kesempatan tersebut, Agus memberikan contoh beberapa penerapan iptek oleh petani nelayan sehingga dapat menghasilkan inovasi baru dari hasil yang mereka budidayakan seperti dodol rumput laut dan pengolahan ikan teri.

Sementara itu, Kepala Pusat Penelitian dan Pengembangan Permukiman Kemen PU dan Pera Anita Firmanti mengatakan bahwa kegiatan penataan permukiman pesisir yang rencananya akan dilaksanakan di Jakarta.

"Namun akan kami pindahkan ke Kampung Laut untuk menata kawasan pesisir ini," katanya.

Lebih lanjut, Anita mengatakan bahwa Puslitbang Permukiman telah menghasilkan beberapa teknologi rumah yang bisa dibangun dengan cepat dan bisa diproduksi oleh masyarakat melalui UMKM maupun perusahaan.

Oleh karena itu, kata dia, pihaknya akan mencari cara yang paling tepat dalam mengaplikasikan teknologi yang juga bisa dilakukan sendiri oleh masyarakat.

"Nantinya ada pelatihan termasuk juga untuk produksi bahan bangunan sehingga ketika tidak melaut, bisa membuat bahan bangunan," katanya.

Terkait sistem air minum yang akan diterapkan di Kampung Laut, dia mengatakan bahwa pihaknya memiliki teknologi untuk mengolah air payau Segara Anakan menjadi air bersih untuk keperluan sehari-hari.

Bahkan, kata dia, sebagian air yang diproduksi tersebut dapat langsung diminum sehingga nantinya dapat dijual murah dan hasilnya digunakan untuk biaya perawatan sistem air minum itu.

Selain itu, lanjut dia, pihaknya juga akan menerapkan teknologi untuk mengolah air limbah rumah tangga sebelum dibuang ke Segara Anakan yang airnya digunakan untuk sistem air minum.

"Kami juga akan berikan pelatihan mengenai bagaimana mengolah limbah organik agar bisa menjadi kompos dan pemanfaatan limbah anorganik untuk menambah pendapatan," katanya.

Pewarta: Sumarwoto
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015