Bandarlampung (ANTARA News) - Kondisi cuaca yang tidak menentu berdampak pada cepatnya perkembangan virus dengue, penyebab demam berdarah dengue (DBD) di Kota Bandarlampung.

"Cuaca menjadi salah satu faktor yang membuat virus DBD berkembang lebih cepat, mengingat saat hujan biasanya masih banyak air tergenang, dan di situ lah tempat favorit nyamuk Aedes Aegypti berkembang," kata Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandarlampung, dr Amran, di Bandarlampung, Minggu.

Dia menjelaskan, nyamuk Aedes Aegypti merupakan faktor utama yang membawa virus DBD ke dalam diri manusia, dan untuk pencegahannya yakni masyarakat harus cepat membersihkan genangan air hujan yang ada di sekitar rumahnya.

Ia menjelaskan, sebanyak 20 kecamatan sudah masuk dalam endemik DBD dan patut diwaspadai, selain faktor utama adalah perubahan cuaca dari musim hujan ke musim kemarau dalam beberapa hari terakhir.

Tumpukan sampah juga ikut membantu mempercepat pertumbuhan virus ini.

"Masyarakat harus rajin membersihkan selokan, tumpukan sampah dan membuang genangan air," kata Herman HN.

Sampai hari Minggu ini, dari data yang diperoleh, pasien DBD sebanyak 89 orang, yaitu warga Bandarlampung 69 orang, dan 20 warga dari luar Bandarlampung.

Menurut dia, sejauh ini Dinkes Bandarlampung terus berupaya secara optimal untuk menekan penyebaran DBD, karena dalam beberapa hari saja 20 kecamatan sudah masuk endemik, ujar dia lagi.

Padahal awal Februari baru 14 kecamatan.

"Sesuai dengan instruksi wali kota, kami telah melakukan fogging di seluruh wilayah Bandarlampung," katanya.

Ia melanjutkan, untuk fogging yang dilakukan di puskesmas, diharapkan terlebih dahulu berkoordinasi dengan Camat dan lurah setempat.

"Peringatan DBD yang tadinya hanya 18 kecamatan, sekarang sudah 20 kecamatan sehingga harus dikoordinasikan agar berjalan dengan baik, dan obat fogging serta absensi dapat digunakan secara efektif," kata dia.

Pihaknya masih memiliki persediaan obat yang banyak di setiap puskesmas di Bandarlampung untuk melakukan fogging dan penggunaan bubuk abate.

"Secara bertahap, fogging, sosialisasi dan abatesasi akan terus dilakukan sehingga optimal dan berjalan beriringan. Bagi warga yang belum menerima bubuk abate langsung saja ke kecamatan, atau pun puskesmas bisa diminta gratis, tidak dipungut biaya," kata dia.

Pewarta: Budisantoso Budiman
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015