Indonesia harus menjadi pelopor pemikiran-pemikiran kebersamaan yang lebih baik
Yogyakarta (ANTARA News) - Wakil Presiden Jusuf Kalla menyerukan agar Islam di Indonesia mampu menjadi teladan dan referensi bagi peradaban dunia.

"Indonesia harus menjadi pelopor pemikiran-pemikiran kebersamaan yang lebih baik. Harus menjadi referensi di dunia ini, Islam yang moderat, Islam menjadi referensi dunia," kata Wapres, saat memberikan sambutan dalam Kongres Umat Islam Indonesia (KUII) VI di Pagelaran Keraton Yogyakarta, Senin.

Wapres dalam kesempatan tersebut, sekaligus juga melakukan pembukaan KUII VI dengan memukul alat musik tradisional bende.

Wapres mengatakan, Islam telah menjadi garda depan bagi pembangunan peradaban di Indonesia. Di Indonesia pula, Islam mampu tumbuh moderat hingga saat ini.

Islam Indonesia, menurut Wapres berbeda dengan Islam di Timur Tengah. Di Indonesia, Islam diajarkan secara damai melalui para ulama yang pedagang atau pedagang yang ulama. Wapres menyebut penyebaran ini dengan Islam transisional.

Sementara di Timur Tengah, sejarah pergolakan dan pertikaian memenuhi kawasan tersebut. Untuk itulah, menurut Wapres, Islam Indonesia moderat dan tidak heran bila mampu tumbuh berdampingan dengan berbagai agama lain.

Di wilayah politik, menurut Wapres saat ini semua partai politik mengakui sebagai nasionalis religius. Bahkan partai-partai Islam juga berwajah kebangsaan.

"Sepuluh ketua umum partai juga bergelar haji," kata Wapres yang disambut tawa para hadirin.

Wapres menyakini, politisi di Indonesia juga lebih dewasa dibandingkan negara lain saat ini.

Wapres menyatakan, Indonesia kini menjadi salah satu negara mayoritas Islam yang besar, dan lebih baik dibandingkan negara-negara Islam lainnya. Indonesia kini menjelma menjadi negara yang dihormati berbagai kalangan.

Sementara itu, dalam kesempatan tersebut, Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia Din Syamsuddin mengatakan, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) merupakan buah tangan umat Islam Indonesia. Untuk itu, umat Islam Indonesia, mempunyai tanggung jawab terhadap masa depan NKRI.

Kongres Umat Islam Indonesia VI di Yogyakarta pada 8-11 Februari 2015 diikuti oleh sekitar 775 orang yang terdiri atas 700 orang peserta utusan dan 75 pemantau.

Para peserta berasal dari MUI, perwakilan ormas Islam tingkat pusat, pondok pesantren, perguruan tinggi, lembaga-lembaga Islam domestik dan mancanegara, kalangan profesional dan tokoh perorangan.

Dalam pembukaan tampak hadir Menteri Agama Lukman Hakim Saefuddin dan Menteri Sosial Khofifah Indar Parawansa. Tampak pula Wakil Ketua MPR Hidayat Nur Wahid.

Dalam sambutannya Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X menyambut baik penyelenggaraan Kongres Umat Islam Indonesia VI.

Ia menyatakan sebagai salah satu kesultanan (kerajaan Islam) di Indonesia, Yogyakarata memiliki sejarah dan peran penting dalam pergerakan Islam.

Pewarta: Muhammad Arief Iskandar
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015