Washington (ANTARA News) - Lembaga pemeringkat Standard & Poors pada Senin memangkas peringkat utang Venezuela satu tingkat, mengutip dampak penurunan tajam harga minyak terhadap keuangan pemerintah.

S&P mengatakan pemerintah telah gagal mengatasi meningkatnya tantangan ekonomi, meninggalkannya dengan beberapa pilihan kebijakan yang layak secara politik untuk memulihkan pertumbuhan dan membangun kembali cadangan devisa.

S&P menurunkan peringkat utang negara itu menjadi CCC, sebuah peringkat jauh di dalam wilayah obligasi sampah, yang menunjukkan bahwa negara itu memiliki risiko signifikan dari tidak mampu membayar utangnya.

"Meskipun sampai saat ini pemerintah telah memprioritaskan pembayaran utang luar negeri dalam pengeluaran saat ini, kami percaya tekanan sedang meningkat bagi pemerintah untuk menjadwal ulang beberapa utang pasarnya atau melakukan operasi manajemen kewajiban untuk membiayai kembali beberapa utang yang jatuh tempo selama satu atau dua tahun ke depan," S&P mengatakan.

Ekonomi Venezuela, bergantung pada ekspor minyak mentah yang sedang mengalami kesulitan dalam beberapa tahun terakhir di bawah manajemen buruk, telah terpukul keras oleh penurunan 50 persen harga minyak sejak pertengahan 2014.

Ekonomi menyusut 4,4 persen pada tahun lalu dan selanjutnya bisa kontraksi 7,0 persen pada tahun ini, menurut S&P.

"Resesi ekonomi, inflasi yang tinggi, dan kurangnya pertumbuhan telah melemahkan dukungan publik bagi pemerintah, kemungkinan mengurangi ruang politik untuk memperkenalkan langkah-langkah ekonomi korektif sulit yang akan meningkatkan posisi likuiditas eksternalnya," kata S&P.

S&P menambahkan sebuah "pandangan negatif" pada peringkat Venezuela, menyiratkan kemungkinan penurunan peringkat lebih lanjut.

"Pemerintah tidak bisa menerapkan langkah-langkah penyesuaian (seperti devaluasi atau penyesuaian fiskal) secara efektif, karena meningkatnya ketidakpuasan sosial dan politik serta perbedaan pendapat dalam koalisi pemerintah," kata lembaga pemeringkat itu.

"Kegagalan untuk bertindak pada waktunya untuk mengurangi likuiditas dapat menyebabkan penurunan peringkat." Demikian laporan AFP.

(Uu.A026)

Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015