Jambi (ANTARA News) - Lima kabupaten/kota di Provinsi Jambi berpotensi mengalami banjir bandang, kata Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jambi Arif Munandar, di Jambi, Selasa.

Lima daerah itu yakni Merangin, Sarolangun, Kerinci, Tanjung Jabung Barat dan Kota Sungaipenuh. Potensi itu mengingat rusaknya lahan di sepanjang aliran sungai di daerah itu.

Arif mengungkapkan, di Merangin, sungai yang berpotensi banjir bandang yakni Sungai Perentak di Kecamatan Sungaimanau, Sungai Tenang di Kecamatan Jangkat dan Sungai Tabir di Desa Ngaol Tabir Barat. Sedangkan Di Kerinci dan Kota Sungaipenuh, sungai yang berpotensi banjir bandang yaitu Sungai Ning.

Di Sarolangun dua sungai juga berpotensi bandang, yakni Sungai Batang Asai dan Sungai Batang Limun, sementara di Tanjung Jabung Barat hanya Sungai Lutuk di Kecamatan Renah Mendalo.

"Sungai yang pernah mengalami banjir bandang yakni Sungai Ning di Kerinci tahun 2009, sedangkan Sungai Tabir di Desa Ngaol baru terjadi bandang tahun lalu. Tapi tahun ini potensi itu masih ada," kata Arif.

Dijelaskannya, banjir bandang di Kerinci dan Merangin memang tidak memakan korban jiwa, namun bencana itu mengakibatkan lahan pertanian dan rumah-rumah warga porak poranda, begitu juga dengan ternak warga.

"Banjir bandang yang terjadi hanya merusak permukiman warga dan akses jalan seperti jembatan, selain itu ternak warga juga banyak yang mati," katanya.

BPBD Provinsi, kata Arif, sudah melakukan pemetaan daerah-daerah rawan banjir bandang, dan masyarakat setempat pun terus diimbau untuk selalu waspada. Berdasarkan prakiraan BMKG, puncak hujan terjadi mulai akhir Februari hingga awal Maret.

"Pemetaan sudah dilakukan, kita siapsiaga adanya bencana hidrometeologi, seperti banjir bandang, longsor dan angin puting beliung, kita minta masyarakat sekitar untuk waspada hingga awal April," katanya.

Ditanya tentang potensi banjir bandang, Arif mengatakan hal itu dikarenakan kerusakan lingkungan, sebab banyak hutan yang tergerus di daerah hulu sungai-sungai yang umumnya sungai bebatuan.

"Anggota Tim reaksi Cepat (TRC) kita di Kabupaten terus memantau perkembangan itu, banjir bandang tak mesti datang pada saat hujan lebat, tapi datang secara tiba-tiba. Prosesnya, air di hulu terjadi penumpukan dan tanah yang menopang air dari bukit-bukit dan gunung tidak mampu menahan tonase air, saat itulah tanah jebol dan air dengan cepat menuju hilir. Banjir bandang itu tidak lama paling lama 30 menit," katanya. 

Pewarta: Dodi Saputra
Editor: Tasrief Tarmizi
Copyright © ANTARA 2015