Jakarta (ANTARA News) - Perluasan lautan es Antarktika tidak bisa mengimbangi kecepatan penyusutan lautan es Arktik dalam beberapa dekade terakhir menurut hasil studi Badan Antariksa Amerika Serikat (National Aeronautics and Space Administration/NASA).

Secara keseluruhan sejak 1979 lautan es terkikis rata-rata 35.000 kilometer persegi per tahun.

"Meski laut es Antarktika mencapai rekor maksimum baru September lalu, lautan es global masih menyusut," kata Claire Parkinson, penulis studi dan ilmuwan iklim di Goddard Space Flight Center NASA.

"Itu karena penyusutan lautan es Arktik jauh melampaui perluasan lautan es Antarktika," katanya seperti dilansir laman resmi NASA.

Parkinson menggunakan data gelombang mikro yang dikumpulkan NASA dan satelit Departemen Pertahanan Amerika Serikat untuk studinya, yang Desember lalu dipublikasikan di Journal of Climate.

Ia menghitung perluasan lautan es global dari penambahan lautan es Antarktika dan Arktik dari bulan ke bulan sejak November 1978 sampai Desember 2013.

Analisisnya menunjukkan bahwa sepanjang lebih dari 35 tahun tren perluasan es semakin menurun. Penyusutan es global semakin cepat.

Pada paruh pertama periode pencatatan (1979-1996), penyusutan lautan es sekitar 21.500 kilometer persegi per tahun. Laju ini meningkat dua kali lipat lebih pada periode 1996-2013, dengan rata-rata penyusutan 50.500 kilometer persegi per tahun.

"Ini bukan berarti penyusutan lautan es akan terus meningkat," kata Parkinson.

"Pasti ada batasnya. Misalnya, ketika semua es Arktik hilang pada musim panas, penyusutan es selama musim panas tidak akan meningkat lagi."

Lautan es telah terkikis di hampir semua daerah Arktik, sedangkan perluasan lautan es Antarktika secara geografis kurang tersebar luas.

Walaupun tutupan laut es meluas di sebagian besar Laut Selatan antara tahun 1979 dan 2013, tutupan es secara substansial menyusut di laut Bellingshausen dan Amundsen.

Kedua laut itu dekat dengan Semenanjung Antarktika, daerah yang secara signifikan menghangat dalam beberapa dekade terakhir.

Dalam studinya, Parkinson juga menunjukkan bahwa siklus tahunan perluasan es global lebih serupa dengan siklus tahunan es Antarktika ketimbang Arktik.

Perluasan es global minimum terjadi pada Februari setiap tahun, seperti perluasan minimum Antarktika.

Sementara perluasan lautan es global maksimum terjadi pada Oktober atau November, satu atau dua bulan setelah perluasan maksimum es Antarktika.

Ini kontras dengan perluasan minimum Arktik yang terjadi September dan perluasan es maksimum Arktik yang terjadi pada Maret.

Rata-rata, dalam 35 tahun data satelit, perluasan es bulanan planet berkisar dari minimum 18,2 juta kilometer persegi pada Februari menjadi maksimum 26,6 juta kilometer persegi pada November.

"Salah satu alasan orang peduli pada penyusutan lautan es adalah bahwa lautan es sangat reflektif sedang lautan sangat menyerap," kata Parkinson.

"Jadi ketika area tutupan lautan es berkurang, area lautan es yang memantulkan radiasi matahari kembali ke antariksa lebih kecil. Ini artinya lebih banyak serapan radiasi matahari dalam sistem Bumi dan pemanasan lebih lanjut."

Penerjemah: Maryati
Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015