masih adanya kekhawatiran pelaku pasar terhadap penanganan utang Yunani.

Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Rabu sore bergerak melemah sebesar 29 poin menjadi Rp12.699 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp12.670 per dolar AS.

"Pelamahan nilai tukar rupiah lebih disebabkan oleh faktor eksternal menyusul masih adanya kekhawatiran pelaku pasar terhadap penanganan utang Yunani," ujar Pengamat Pasar Uang Bank Himpunan Saudara Rully Nova.

Ia mengatakan, Yunani sedang berada di dalam posisi krisis di mana jika tidak mendapatkan pinjaman tambahan, maka Yunani akan mengalami gagal bayar (default) dan dapat meninggalkan negara kawasan Euro.

Sementara dari dalam negeri, menurut dia, sentimennya masih cukup positif sehingga tekanan mata uang rupiah tidak terlalu dalam yang dapat membuat pelaku pasar khawatir terhadap Indonesia.

"Fundamental ekonomi Indonesia ekspektasinya masih cukup baik dengan pertumbuhan di kisaran 5,3--5,5 persen pada tahun ini," katanya.

Ia mengemukakan bahwa data-data ekonomi domestik yang telah dikeluarkan seperti cadangan devisa yang meningkat masih masih cukp mampu menahan tekanan rupiah. Di sisi lain, neraca keuangan Indonesia juga cenderung mengalami perbaikan.

Sementara itu, Analis pasar uang Bank Mandiri, Reny Eka Putri mengatakan, investor masih cenderung memilih mata uang dolar AS sebagai aset "safe haven" seiring dengan masih adanya kekhawatiran pelaku pasar terhadap permasalahan utang Yunani.

Di sisi lain, lanjut dia, ekspektasi akan dinaikannya suku bunga AS (Fed rate) pada pertengahan tahun ini juga masih membayangi aset mata uang berisko seperti rupiah. Perekonomian AS masih berada dalam jalur perbaikan ekonomi.

Sementara itu, kurs tengah Bank Indonesia pada Rabu (11/2) ini tercatat mata uang rupiah bergerak melemah menjadi Rp12.700 dibandingkan hari Selasa berada di posisi Rp12.644 per dolar AS.

(KR-ZMF)



Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2015