Chapel Hill (ANTARA News) Aksi penembakan terhadap tiga orang di Chapel Hill, Amerika Serikat di duga hanya memiliki motif perselisihan lahan parkir, meskipun pelaku banyak memposting pesan anti-agama di dalam akun Facebooknya.

Seperti diberitakan Reuters, seorang pria bersenjata dituduh membunuh tiga  Muslim tetangganya atas tuduhan sengketa parkir dan adanya kemungkinan kejahatan rasial.

Craig Stephen Hicks (46) mahasiswa paralegal dari Chapel Hill, didakwa dengan pembunuhan tingkat pertama dalam penembakan hari Selasa (11/2) sekitar 05:00 (2200 GMT) tiga km dari Kampus University of North Carolina.

Para korban adalah pengantin baru Deah Shaddy Barakat (23) mahasiswa kedokteran gigi dari University of North Carolina, dan istrinya Yusor Mohammad (21), serta adik Yusor, Razan Mohammad Abu-Salha (19).

Ketiganya terlibat dalam program bantuan kemanusiaan.

Sesudah kejadian tersebut, sejumlah mahasiswa UNC berkumpul pada hari untuk membacakan doa bagi ketiga korban penembakan.

Yusor Mohammad rencananya akan bergabung dengan suaminya sebagai mahasiswa di UNC akhir tahun ini.

Hakim County Durham yang memerintahkan tersangka ditahan tanpa jaminan sambil menunggu sidang 4 Maret.

Berdasarkan penyelidikan Polisi menunjukkan motif penembakan itu adalah sengketa parkir.

Mereka juga mengatakan Hicks, yang tidak memiliki sejarah kriminal di Chapel Hill, menyerahkan diri dan bekerja sama.

Pembunuhan mengundang kecaman internasional. Penembakan memicu tagar #MuslimLivesMatter pada media sosial dengan banyak yang menyebutkan kurangnya liputan berita atas kejadian tersebut.

"Saya pikir bahwa umat Islam hanya bisa menjadi berita ketika berada di belakang senjata, tidak di depannya," menurut cuitan akun Twitter milik @biebersrivals.

Aktivis Muslim menuntut pihak berwenang menyelidiki kemungkinan motif kebencian agama.

"Kami memahami kekhawatiran tentang kemungkinan bahwa ini adalah kejahatan termotivasi kebencian," kata Kepala Kepolisian Chapel Hill Chris Blue dalam sebuah pernyataan.

Pembunuhan bergaya eksekusi
Kasus penembakan tersebut terjadi di sebuah kompleks kondominium di daerah berhutan penuh dengan bangunan dua lantai. Para tetangga mengatakan lokasi parkir sering menjadi titik pertikaian.

"Saya telah melihat dan mendengar (Hicks) sangat tidak ramah kepada banyak orang dalam komunitas ini," kata Samantha Maness (25) seorang mahasiswa perguruan tinggi.

Namun, Samantha mengatakan bahwa dirinya belum pernah melihat Hicks menunjukkan permusuhan berdasarkan agama.

Dalam akun Facebooknya, gambar profil Hicks menyatakan "Ateis untuk Kesetaraan" dan ia sering mengunggah kutipan kritik terhadap agama.

Pada 20 Januari ia memposting foto dari pistol revolver miliknya dengan kaliber 38 yang berisi amunisi.

Istri Hicks Karen Hicks kepada wartawan pada konferensi pers bahwa suaminya telah sudah lama kesal dalam perselisihan atas lokasi parkir dan pembunuhan ini tidak ada hubungannya dengan agama.

Dia mengatakan Hicks tidak penuh kebencian dan percaya "setiap orang adalah sama."

Keluarga Barakat mendesak penembakan diselidiki sebagai kejahatan kebencian dan mengatakan ketiga tewas dengan tembakan di kepala.

"Hari ini, kami menangis karena rasa sakit yang tak terbayangkan atas pembunuhan gaya eksekusi," kata Barakat kakak perempuan Suzanne wartawan. Dia mengatakan kakaknya ringan-hati dan mencintai basket.

Insiden ini tampaknya bukan aksi yang ditargetkan terhadap Muslim Carolina Utara, ujar Jaksa AS untuk Distrik Tengah North Carolina, Ripley Rand pada konferensi pers dengan para pejabat polisi setempat.

Imam Abdullah Antepli, Kepala Perwakilan Muslim di Duke University, mengatakan dalam konferensi pers bawa kejadian itu belum tentu terjadi karena kebencian agama dan menyerukan pelonggaran ketegangan.
       
Kelompok-kelompok seperti Muslim Public Affairs Council, Council on American-Islamic Relations (CAIR) dan komunitas lokal Raleigh Muslims for Social Justice menyerukan penyelidikan federal adanya kemungkinan kejahatan kebencian agama.

"Saya berharap tragedi yang mengerikan ini akan menjadi titik balik yang membawa realitas bahwa jika kita terus mengutuk Muslim dan menyamakan agama mereka dengan terorisme, hal itu akan menyebabkan lebih banyak serangan," kata Manzoor Cheema, co-founder Muslims for Social Justice.

Barakat, seorang warga negara Amerika asal Suriah, menulis dalam posting Facebook terakhirnya tentang menyediakan pasokan gigi gratis dan makanan kepada orang-orang tunawisma di pusat kota Durham.

Dia mengumpulkan dana untuk perjalanan ke Turki dengan 10 dokter gigi lain untuk memberikan tambalan gratis, saluran akar dan instruksi kebersihan mulut untuk anak-anak pengungsi Suriah.

(Uu. A050)

Editor: Aditia Maruli Radja
Copyright © ANTARA 2015