Tanjung Canaveral (ANTARA News) - Roket SpaceX diluncurkan Rabu waktu AS untuk membawa sebuah satelit AS ke luar angkasa terdalam untuk memantau badai matahari dan citra Bumi dari jarak sekitar 1,6 juta km.

Diterangi sinar Matahari, roket Falcon 9 bertingkat 22 itu diluncurkan dari tepi laut pada pukul 6.03 sore waktu AS (6.03 pagi WIB tadi) dari Pangkalan Angkalan Udara Tanjung Canaveral di Florida.

Peluncuran itu sempat tertunda Minggu karena masalah pada sistem pelacak radar dan Selasa ketika ada angin kencang.

Cuaca cerah sewaktu peluncuran Rabu waktu AS itu, namun ombak laut yang tinggi membuat SpaceX membatalkan pengujian pendaratan tingkat pertama roket di lautan.

"Sayangnya kami tidak akan mampu berupaya memperbaiki tingkat pertama roket Falcon 9," kata manajemen SpaceX seperti dikutip Reuters.

Roket ini membawa Observatorium Iklim Antariksa Dalam (DSCOVR) yang adalah misi bernilai 340 juta dolar AS sokongan NASA, badan cuaca AS (NOAA) dan Angkatan Udara.

DSCOVR akan menggantikan satelit pemonitor badai Matahari yang sudah berumur 17 tahun. Badai Matahari bisa mengganggu sinyal GPS, menghalangi komunikasi radio dan mempengaruhi jaringan listrik di Bumi.

DSCOVR membutuhkan 110 hari untuk mencapai orbit operasionalnya dalam mengeliling Matahari, atau hampir sekitar 1,6 juta km dari Bumi sehingga bisa berlaku sebagai pelampung cuaca yang bisa menjejak acaman aktivitas Matahari.

Misi awal satelit ini adalah menyediakan citra terus-terusan Bumi yang akan didistribusikan via Internet demi meningkatkan kepedulian lingkungan, seperti gambar "Biru Marmer" Bumi dari Apollo 17 pada 1970-an.

Satelit yang dinamai Triana itu mestinya sudah diluncurkan lewat pesawat ruang angkasa ulang alik, namun kemudian batal.

Triana menghabiskan waktu hampir satu dekade sebelum diperbarui dan dilahirkan kembali sebagai sebuah observatorium Matahari. DSCOVR memiliki dua sensor untuk memonitor Bumi guna melacak debu vulkanik, mengukur lapisan ozon dan memonitor kekeringan, banjir dan kebakaran.

Satelit ini juga akan mengambil gambar Bumi setiap dua jam sekali yang akan diposting ke Internet sehingga memenuhi impian perlindungan lingkungan dari mantan wakil presiden Amerika Serikat Al Gore yang menginisiasi proyek ini, demikian Reuters.





Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015