Jakarta (ANTARA News) - Musik bisa membuat sebagian orang rileks saat berusaha berkonsentrasi tapi hasil studi baru menunjukkan bahwa musik tidak bisa membantu orang yang lebih tua mengingat nama.

Dalam studi asosiatif memori yang dilakukan di Georgia Institute of Technology, Amerika Serikat, para peneliti menantang anak-anak muda dan orang yang lebih tua mendengarkan musik sambil berusaha mengingat nama.

Mereka menguji efek asosiatif memori, yang meliputi kemampuan untuk menaruh nama pada wajah dan mengingatnya.

Peserta studi melihat serangkaian wajah dan nama dan kemudian ditanya apakah gambar wajah sesuai dengan namanya.

Gambar wajah-wajah itu ditunjukkan lagi beberapa menit kemudian dan peserta ditanya apakah kombinasi wajah dan nama sama dengan sebelumnya.

Kadang orang-orang menjalani penelitian itu dalam keadaan hening, kadang sambil mendengar irama hujan atau musik rock tanpa lirik, termasuk lagu yang kurang dikenal dari Eric Clapton, Jefferson Airplane dan Rush.

"Kedua kelompok usia sepakat bahwa musik mengalihkan perhatian," kata Sarah Reaves, mahasiswa pasca-sarjana psikologi di Georgia Tech yang memimpin studi itu.

"Tapi hanya orang yang lebih tua yang kesulitan ketika musik latar diputar," katanya di laman resmi Georgia Institute of Technology.

Peserta usia mahasiswa tidak mengalami masalah dengan itu, musik tidak mempengaruhi performa mereka.

Tapi orang yang lebih tua mengingat 10 persen lebih sedikit nama ketika mendengarkan musik dibandingkan saat hening.

Reaves dan penasihatnya, asisten profesor psikologi Audrey Duarte, mengaitkan hasil itu dengan efek pesta koktail, fenomena yang membuat orang semata memfokuskan perhatian pada satu percakapan bahkan ketika dikelilingi banyak percakapan atau musik keras.

"Orang dewasa yang lebih tua punya masalah dalam mengabaikan suara yang tidak relevan dan berkonsentrasi," kata Duarte, yang menaungi Memory and Aging Lab Georgia Tech.

"Asosiatif memori juga menurun bersama usia. Saat kita menua, lebih sulit untuk mengingat nama sekaligus wajah atau di mana percakapan dilakukan."

Hasil studi yang dipublikasikan dalam jurnal The Gerontologist itu bisa berimplikasi pada layanan pusat-pusat perawatan orang lanjut usia dan orang yang memilih melakukan pertemuan di luar kantor.

Reaves mencatat studi itu bisa membantu para pekerja di pusat layanan untuk orang lanjut usia saat merencanakan kegiatan.

"Mereka harus menyadari lingkungan sekitar mereka. Mungkin para pekerja sebaiknya mematikan musik selama kegiatan belajar atau menempatkan mereka di ruangan yang tenang," katanya.

"Sama juga dengan orang lebih tua yang kesulitan berkonsentrasi saat pertemuan dengan mitra kerja di gerai kopi misalnya, sebaiknya menjadwalkan pertemuan di lokasi yang lebih tenang. Ketika orang tersesat saat mengemudi, mungkin sebaiknya mereka mematikan radio."


Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015