Banjarmasin (ANTARA News) - Sebanyak 300 pelajar Lembaga Dakwah Sekolah dan mahasiswa yang tergabung dalam Lembaga Khusus Mahasiswa Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) Kalimantan Selatan menggelar aksi menolak "Valentines Day" (Hari Valentine).

Penolakan dalam aksi simpatik Generasi Peduli Banua dari Lembaga Dakwah Sekolah (LDS) dan Lembaga Khusus Mahasiswa (LKM) HTI itu berlangsung di Taman Siring depan Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin, Jumat sore.

Dalam aksinya, ratusan pelajar dan mahasiswa itu membawa spanduk bertuliskan "Tolak Valentines Day : Selamatkan Generasi Muda dengan Khilafah."

Selain itu, poster bertuliskan "Ngaji Yes Pacaran No, Belajar Yes, Valentinan No", "Pacaran Haram, Jaga Kehormatanmu", "Waspada gaul bebas , Waspada budaya barat ", "Nyaman ada Khilafah jua".

Ketua LKM HTI Kalsel Asbudi menyatakan, pihaknya menolak Valentines Day karena bertentangan dengan Islam baik dari sejarah maupun aktivitas perayaannya.

Terlebih lagi, lanjutnya, Valentines Day itu merupakan salah satu budaya global yang membahayakan generasi muda dan mengarahkan mereka kepada kesesatan dan perbuatan asusila.

"Selain itu, fenomena Valentines Day dijadikan sebagai ajang bisnis yang menggiurkan bagi para kapitalis untuk mengeruk keuntungan materi sebanyak-banyaknya, tanpa mempertimbangkan hal itu dapat merusak moral generasi muda," katanya.

Aksi penolakan valentines day tersebut, massa yang tergabung dalam HTI melakukan longmarch keliling Masjid Raya Sabilal Muhtadin Banjarmasin dan setelah itu menggelar orasi di Taman Siring Sungai Martapura Banjarmasin.

Salah satu orator, perwakilan guru dan orang tua Ahsanul Huda mengaku kecewa karena para guru telah berupaya mendidik para siswa untuk memiliki pemikiran dan akhlak yang baik.

"Namun, justru lingkungan menghancurkan nilai-nilai agama dan akhlak yang telah ditanamkan, seperti hotel-hotel yang menyediakan paket khusus bagi para pemuda dan remaja untuk merayakan budaya Valentines Day," ungkapnya.

Oleh sebab itu, ia menuntut pemerintah daerah untuk menolak budaya barat, khususnya Valentines Day yang merusak generasi bangsa dan memberikan rekomendasi melarang kegiatan-kegiatan yang dinilai akan menghancurkan akhlak generasi muda.

Ia mencontohkan yang dilakukan lima wali kota di Indonesia yang melarang perayaan Valentines Day, antara lain Wali Kota Surabaya, Jawa Timur, Padang, Sumatera Barat, dan Wali Kota Banda Aceh, Nanggroe Aceh Darussalam.

Selain itu, Wali Kota Makasar, Sulawesi Selatan dan Wali Kota Depok, Jawa Barat, ungkapnya.

"Pelarangan itu merupakan perbuatan terpuji, karena berarti melindungi generasi muda dari bahaya budaya kapitalis-liberal, dengan menerapkan Syariat Islam dalam naungan Daulah Khilafah Islamiyah," lanjutnya.

Sementara itu, salah satu peserta aksi, siswi kelas XII A Multimedia SMK Negeri 1 Banjarmasin Puspita Mahda mengingatkan para remaja agar tidak mudah terpengaruh untuk ikut meramaikan Valentines Day yang notabene tidak berasal dari Islam.

"Pembinaan dan pencerahan kepada remaja juga perlu ditingkatkan agar mereka memiliki kesadaran untuk berpikir dan berperilaku sesuai ajara agama Islam," harapnya.

Pewarta: Syamsuddin Hasan
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015