Tembagapura (ANTARA News) - Memasuki tunnel sepanjang hampir 7 kilometer yang diperuntukkan untuk pekerja tambang bawah tanah di PT Freeport Indonesia, udara dingin menusuk tulang.

Jaket dan rompi yang dikenakan oleh pekerja tambang, termasuk vistor yang ingin melihat pekerjaan tambang bawah tanah tak mampu menahan dingin udara. "Sudah mulai terasa dingin," kata Sonny, pekerja tambang bawah tanah yang mendampingi awak media saat melakukan kunjungan ke tambang bawah tanah (underground mine), Tembagapura, Minggu siang.

Tunnel yang diterangi lampu-lampu dengan dinding-dinding semakin dingin. Didalam tambang bawah tanah tersebut tersedia 1 miliar ton ore (batu-batu yang dihancurkan), merupakan cadangan tembaga, perak dan emas yang saat ini sedang dipersiapkan untuk dieksplorasi.

Semakin memasuki tunnel tambang bawah tanah, semakin terlihat ruang-ruang untuk bahan peledak, tempat pengerukan batu-batu dan terlihat alat-alat berat yang berseliweran untuk mengangkut batu-batu yang selanjutnya akan dibawa ke tempat penggilingan untuk dijadikan konsentrat.

Namun, PT Freeport Indonesia tidak hanya mengejar keuntungan semata dalam menjalankan bisnisnya. perusahaan itu juga memperhatikan masalah hubungan manusia dengan Tuhan.

Dalam tunnel tersebut, perusahaan itu membangun mushalla dan gereja. Tujuannya agar pekerja yang beragama Islam dapat menjalankan shalat lima waktu, shalat Jumat. Bagi pekerja non muslim, perusahaan itu menyediakan sebuah gereja.

Musholla Ashabul Kahfi yang ada dalam tunnel tersebut memang tidak besar, hanya berukuran 3x4 meter dilengkapi dengan peralatan yang ada. Tak jauh dari mushala tersebut ada sebuah gereja, yakni Gereja Oikumene.

"PT Freeport Indonesia tentu tidak melupakan hubungan manusia dengan Tuhannya. Mushola dan gereja ini sudah lama kita bangun, seiring dengan pembukaan tunnel tambang bawah tanah 2000-an," kata Sonny.
Sementara itu, untuk menuju lokasi Grasberg Mine yang menjadi simbol atau icon pertambangan bagi perusahaan yang terletak diatas ketinggian 4.285 meter, harus melalui jalan menanjak dan berkelok-kelok serta jalan yang dipenuhi batu-batu kecil.

"Jalan ini dibangun oleh Ilyas Hamid, warga Batusangkar, Sumatera Barat. Beliau yang pertama kali merintis jalan yang dikenal Ilyas Road sepanjang 6,1 kilometer," kata Sonny. "Kita sudah biasa off road. Dari Mile 68 ke Grasberg sekitar 40 menit," kata Sonny.

Pewarta: Zul Sikumbang
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015