Bandung (ANTARA News) - World Wild Fund Indonesia bersama aktivis lingkungan Earth Hours Bandung menggelar kampanye penyelamatan gajah Sumatera melalui pameran seni rupa.

"Kegiatan ini memberikan pengetahuan tentang gajah kepada masyarakat yang banyak diburu karena nilai ekonomi gadingnya, terutama melalui seni rupa agar masyarakat lebih tertarik," kata Direktur Komunikasi dan Advokasi WWF Indonesia Nyoman Iswarayoga di Bandung, Senin.

Menurut dia pada 2014 ada 145 kasus kematian gajah di beberapa wilayah Sumatera, sedangkan populasi gajah Sumatera di Indonesia saat ini diperkirakan tinggal 1.400 ekor.

"Awal tahun ini saja sudah ada 4 kematian gajah yang kami temukan beberapa waktu lalu. Bila hal itu dibiarkan, bisa jadi sepuluh tahun mendatang gajah Sumatera akan punah," kata Nyoman.

Melalui aksi kampanye itu Nyoman berharap pemerintah, institusi swasta, dan masyarakat di sekitar habitat gajah Sumatera ikut melindungi satwa itu dan habitatnya karena gajah membutuhkan waktu sekitar 10 tahun untuk bisa bereproduksi.

"Kami mencurigai 80 persen kematian gajah diakibatkan perburuan, tapi hanya sedikit kasus kematian gajah yang diadili secara hukum dan itu yang ingin kami dorong agar polisi dan pihak-pihak terkait mau memperhatikan masalah ini," katanya.

Sementara itu, salah seorang pengunjung Dea (20) menilai positif kegiatan kampanye penyelamatan gajah Sumatera melalui kegiatan pameran seni rupa itu.

"Acaranya sangat positif, apalagi penyampaian pesannya melalui karya seni, sehingga pesannya jauh lebih mengena," katanya.

Kampanye #NasibGajah yang diadakan sebagai respon kasus penembakan gajah Sumatera di kawasan Teso Nilo beberapa waktu lalu itu dimulai dengan pawai, hiburan, dan orasi tentang kondisi gajah Sumatera yang semakin berkurang.

Pawai tersebut diakhiri dengan pameran seni bertemakan nasib gajah dan pemutaran film dokumenter tentang gajah di Taman Film Kota Bandung.

Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015