Jakarta (ANTARA News) - Nilai tukar rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta, Selasa pagi bergerak melemah sebesar 11 poin menjadi Rp12.758 dibandingkan sebelumnya di posisi Rp12.747 per dolar AS.

Ekonom Samuel Sekuritas Rangga Cipta di Jakarta, Selasa mengatakan mata uang rupiah bergerak stabil setelah neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus. Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat neraca perdagangan Indonesia mengalami surplus sebesar 710 juta dolar AS pada Januari 2015.

"Surplus neraca perdagangan Januari 2015 itu dipicu impor yang mampu turun lebih cepat daripada ekspor," kata Rangga.

Di sisi lain, lanjut dia, Bank Indonesia yang sedianya akan mengumumkan tingkat suku bunga acuan (BI rate) pada Selasa dan diperkirakan tetap di level 7,75 persen dapat menjadi sentimen positif bagi rupiah meski dibayangi situasi di Eropa terkait kesepakatan program dana talangan Yunani.

Kepala Riset Woori Korindo Securities Indonesia Reza Priyambada menambahkan bahwa dari eksternal, ekspektasi akan penyelesaian utang Yunani dimana Komisi Eropa bersama para kreditur internasional terlihat memiliki pandangan dan visi yang sama untuk segera mengakhiri kemelut utang tersebut dapat memberikan sentimen positif pada aset mata uang berisiko, termasuk rupiah.

Selain itu, Reza menambahkan bahwa adanya harapan akan kemajuan kesepakatan gencatan senjata antara Rusia-Ukraina menambah sentimen positif bagi mata uang berisiko sehingga potensi rupiah untuk kembali melanjutkan penguatan berpotensi terbuka.

Di sisi lain, lanjut dia, sentimen positif juga datang dari kembali positifnya pertumbuhan ekonomi Jepang dan kenaikan pertumbuhan Foreign direct investment (FDI) Tiongkok memberikan angin segar pada pergerakan kedua mata uang negara itu.

"Laju positif pada mata uang yen Jepang dan yuan Tiongkok dapat berimbas pada laju rupiah. Meski diharapkan masih ada peluang penguatan, namun tetap waspadai potensi tekanan," katanya.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015