Pamekasan (ANTARA News) - Polres Pamekasan, Madura, Jawa Timur, melakukan patroli dan penjagaan di Vihara Avalokitesvara guna mengamankan warga etnik Tionghoa yang tengah merayakan Tahun Baru Imlek.

"Pengamanan ini sesuai dengan instruksi pimpinan, serta untuk mengantisipasi berbagai kemungkinan," kata Wakapolres Kompol Didik Wulyo Basuki kepada Antara di Pamekasan, Rabu malam.

Khusus untuk pengamanan di lokasi Vihara, menurut Wakapolres diserahkan ke Polsek Galis, sedangkan patroli dilakukan oleh Binmas dan Samapta Polres Pamekasan.

"Di Vihara itu memang tidak ada kegiatan keramaian. Tapi kegiatan ibadah etnik Tionghoa tetap kami amankan," kata Basuki.

Vihara Avalokitesvara merupakan kelenteng terbesar di Pulau Madura dan menjadi pusat kegiatan keagamaan etnik Tionghoa yang ada di wilayah itu.

Kelenteng berjarak sekitar 17 kilometer kearah timur Kota Pamekasan yang terletak di Dusun Candi, Desa Polagan, Kecamatan Galis ini merupakan kelenteng unik. Beberapa tahun lalu, kelenteng yang menjadi tempat pemujaan Dewi Kwan Im ini tercatat dalam meseum rekor dunia Indonesia (MURI) karena menjadi pelopor kerukunan umat beragama.

Di komplek kelenteng yang dibangun di atas lahan seluas 2 hektare lebih ini terdapat tiga tempat ibadah umat beragama, yakni vihara, pura dan mushalla.

Meski berbeda agama dan tempat ibadah mereka dalam satu komplek, akan tetapi mereka hidup rukun dan saling menghormati perbedaan agama.

Ketua Yayasan Vihara Avalokitesvara Kosala Mahinda menyatakan, perbedaan agama bukan menjadi penghalang untuk hidup rukun.

"Kami biasa berbaur di sini. Jadi beda agama bukan masalah dan masyarakat disini sangat menghargai perbedaan," kata Kosala.

Ia menuturkan dirinya dan keluarganya pemeluk agama Budha, para tetangga beragama Islam, namun tak satupun warga di Dusun Candi itu yang mempersoalkan perbedaan itu.

Bahkan jika ada perayaan keagamaan masing-masing, mereka saling membantu.

"Kalau saya ada kegiatan, saya dibantu oleh masyarakat disini. Kalau sekarang ada kegiatan keramaian menyambut Imlek, pasti banyak warga berbeda agama disini," kata Kosala menjelaskan.

Hanya saja, katanya pada perayaan tahun baru Imlek kali ini, etnik Tionghoa memang tidak menggelar keramaian, karena jumlahnya sangat sedikit.

Pewarta: Abd Aziz
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2015