Seoul (ANTARA News) - Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-Un memimpin latihan militer yang menggambarkan sebuah serangan dan langkah merebut garis depan pulau milik Korea Selatan (Korsel), kata media pemerintah Pyongyang, Sabtu.

Latihan itu dilakukan di tengah meningkatnya ketegangan menjelang latihan militer bersama antara Korsel dan Amerika Serikat, yang dinamai "Key Resolve/Foal Eagle". Latihan itu dilaporkan akan dimulai awal bulan depan.

Unit-unit artileri berada di antara pasukan yang mengambil bagian dalam latihan di pulau-pulau kecil, Mu dan Jangjae, "di titik terpanas bagian selatan paling ujung garis depan barat daya", kata Kantor Berita Korea Utara, KCNA.

Detasemen pertahanan Pulau Mu meledakkan pulau Yeonpyeong milik Korea Selatan pada 2010 sebagai balasan penuh kemarahan terhadap latihan tembak yang dilancarkan Korsel di dekat perbatasan laut yang disengketakan di Laut Kuning. Insiden itu menewaskan empat warga Korsel.

Kim Jong-Un pada 2012 mengunjungi Mu dan Jangjae untuk memberikan penghormatan bagi pasukan yang ditempatkan di Pulau Mu dan disebut dengan "Detasemen Pertahanan Pahlawan". Ia melakukan dua kali lagi kunjungan ke pulau-pulau di garis depan pada 2013 serta mengancam akan "mengenyahkan" Pulau Yeonpyeong serta pulau-pulau Korsel lainnya di dekat perbatasan.

"Setiap petugas-petugas artileri berhasil menghantam target, Kim Jong-Un memperlihatkan kepuasannya, dengan mengatakan mereka sangat hebat dalam memusatkan tembakan dan tembakan meriam seperti itu akan

Kim meminta seluruh pasukan Korea Utara untuk meningkatkan latihan guna "membuka konfrontasi anti-AS dengan menghancurkan musuh-musuh dengan segera kalau-kalau mereka datang menyerang DPRK (Korea Utara)", kata KCNA.

Kedua pihak saling menggugat atas serangan maritim mendadak yang dilakukan satu sama lain. Perbatasan laut yang disengketakan di Laut Kuning sempat diwarnai bentrokan maut pada 1999, 2002 dan 2009.

Pada Oktober tahun lalu, kapal-kapal patroli angkatan laut kedua negara berseteru itu saling melepaskan tembakan peringatan di dekat pulau Yeonpyeong.

Pada prakteknya, perbatasan maritim antara kedua Korea --Garis Batas Sebelah Utara-- tidak diakui oleh Pyongyang, yang menganggap garis itu ditarik secara sepihak oleh pasukan pimpinan Amerika Serikat dari Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) setelah berakhirnya Perang Korea, yang sebelumnya berlangsung pada 1950-1953.

Perang tersebut berakhir dengan gencatan senjata --bukan perjanjian perdamaian-- sehingga membuat kedua negara Korea itu secara teknis masih dalam keadaan perang.

Korea Utara pada November tahun lalu meluncurkan latihan militer musim dingin dan, sejak itu, Kim telah memeriksa 10 unit militer berbeda, demikian menurut kementerian Korea Selatan.

Kim selama ini meminta militernya agar tahun ini menyelesaikan persiapan-persiapan perang, kata kementerian pertahanan itu pekan lalu kepada komite pertahanan Dewan Nasional, demikian AFP.

(Uu.T008)

Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015