Leiden, Belanda (ANTARA News) - Kementerian Agama melalui Direktorat Jenderal Pendidikan Islam merajut kembali kerjasama dengan Leiden University, Belanda. Jalinan kerjasama ini ditandai dengan penandatanganan MoU antara Dirjen Pendidikan Islam Kamaruddin Amin dengan Presiden (Rektor) Universitas Leiden, Carel Jan Jozef Marie Stolker di Leiden, Jumat (20/2).

Seperti disiarkan laman resmi Kemenag (kemenag.go.id), Minggu, penandatangan MoU ini menjadi tahapan babak baru kerjasama Kementerian Agama dengan salah satu universitas ternama di Belanda tersebut.

“It is lovely that we will be going through a new phase of cooperation in Islamic higher education between Indonesia and the Netherlands,” demikian diungkapkan salah satu sarjana ahli Indonesia dari Leiden University Nicolaas (Nico) Jan Gerrit Kaptein dalam forum pertemuan antara delegasi Ditjen Pendis dengan Leiden University.

Leiden University memang sudah tidak asing lagi dalam konteks kerjasama Pendidikan Tinggi Keagamaan Islam (PTKI). Universitas tempat Snouck Hurgronje (1857 –1936) pernah belajar teologi tersebut memiliki pengalaman panjang membangun kemitraan dengan Kementerian Agama RI.

Pada tahun 1989, pemerintah Belanda melalui the Dutch Ministry of Development Aid menyediakan dana cukup besar untuk sebuah proyek monumental bertajuk The Indonesian-Netherlands Co-Operation In Islamic Studies (INIS). Proyek kemitraan ini dibangun dengan tujuan membantu Kementerian Agama menyiapkan tenaga pendidik (dosen) yang berkualitas bagi pengembangan 14 IAIN saat itu.

Sejarah berdirinya INIS tidak bisa terlepas dari peran para alumni Leiden University akhir tahun 1960-an. Sebelum INIS berdiri, sejumlah dosen IAIN telah dikirim untuk melanjutkan jenjang pendidikan S2 dan S3 ke Belanda secara bertahap dalam tiga kelompok. Pada tahun 1967, sebanyak 17 dosen diberangkatkan ke Belanda untuk menyelesaikan program master di Leiden University. Kemudian secara berturut-turut menyusul kelompok kedua dan ketiga pada 1978 dan 1983. Di antara mereka inilah yang kemudian turut membidani lahirnya INIS.

Selama kurang lebih satu dasa warsa sejak 1989, Leiden University, melalui proyek INIS, telah menganugerahkan gelar master dan doktor di bidang Islamic Studies kepada tidak kurang dari 60 dosen IAIN. Selain itu, INIS juga menghasilkan banyak karya tulis ilmiah, baik dalam bentuk buku maupun serial publikasi.

“Tak kurang dari 22 buku telah diterbitkan dalam bahasa Indonesia maupun Inggris, selain 10 News Letter yang diterbitkan setiap tahun selama kurun waktu proyek INIS berlangsung. Dan yang paling penting adalah penterjemahan 4 volume karya Snouck Hurgronje,” kata Nico Captein ketika di wawancarai usai pertemuan. Namun, Nico menyayangkan bahwa proyek INIS “terpaksa” berakhir pada tahun 2000, sebagai dampak dari krisis ekonomi dunia pada pertengahan akhir 1990-an yang juga dialami oleh Belanda.

Kerjasama mendatang

Selama kurang lebih lima tahun sejak INIS ditutup, hubungan kerja sama antara Kementerian Agama dengan Leiden University praktis tidak lagi terdengar, kecuali hanya beberapa kegiatan akademik yang bersifat sporadis, antara lain berupa international conference dan pengiriman sejumlah dosen untuk melakukan penelitian disertasi.

Namun pada 2006 hingga 2011, hubungan kemitraan tersebut dirajut kembali melalui The Indonesian Young Leaders programme. Kerjasama ini lebih difokuskan pada dua kegiatan, yaitu international conference dan pengiriman mahasiswa PTKI untuk menyelesaikan program master dan doktor. Mereka tidak hanya dikirim ke Leiden University, tetapi juga menyebar di sejumlah universitas di Belanda. Tidak kurang dari 30 dosen PTKI telah menyelesaikan master dan doktor mereka melalui kerjasama fase kedua ini.

Pengalaman panjang kemitraan antara Kementerian Agama RI dan Belanda ini telah berkontribusi bagi pengembangan dan peningkatan mutu akademik serta kelembagaan PTKI. Banyak alumni Leiden University yang setelah kembali ke Tanah Air dipercaya menduduki posisi strategis di lembaga masing-masing. Bahkan, Dirjen Pendis Kamaruddin Amin yang memimpin delegasi ini juga salah satu lulusan master dari Leiden University sebelum menyelesaikan program doktoralnya di Bonn University, Jerman.

Kamaruddin saat menutup paparannya tentang 5.000 doktor di hadapan forum pertemuan lanjutan dengan sejumlah pimpinan universitas yang diselenggarakan di VU University, Amsterdam, beberapa saat setelah pertemuan di Leiden University mengatakan, fase baru kerjasama baru saja dimulai, dan ia yakin itu akan memberi kontribusi yang signifikan bagi pembangunan pendidikan Islam yang lebih tinggi di Indonesia.

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015