Nunukan (ANTARA News) - Warga di wilayah perbatasan Indonesia-Malaysia di Kabupaten Nunukan, Kaltara dihantui kekhawatiran dan keresahan atas semakin anjloknya harga rumput laut dalam jangka waktu sebulan terakhir.

Rosmiati, salah seorang pembudidaya rumput laut di Kabupaten Nunukan, Senin menyatakan, turunnya harga rumput laut saat ini membuat nelayan pembudidaya semakin khawatir karena sangat jauh dari harga sebelumnya.

Ia mengungkapkan, sebelumnya harga rumput laut di daerah itu mencapai Rp15.000 per kilo gram dalam keadaan kering namun langsung turun menjadi Rp8.000 per kilo gram saat ini.

Anjloknya harga rumput laut ini, Rosmiati yang berdomisili di Jalan Tanjung Kelurahan Nunukann Barat ini mengaku tidak tahu menahu penyebabnya karena tiba-tiba harga pembelian dari pengepul yang turun tanpa memberitahu alasannya.

Informasi yang dihimpun dari sejumlah warga pada sejumlah sentra budidaya rumput laut di Kabupaten Nunukan menerangkan, kondisi harga rumput laut memang sangat fluktuatif sehingga nelayan atau petani tidak mampu menjaga stabilitas harga.

Mereka menyatakan, fluktuasi harga disebabkan tidak adanya investor selaku pengepul tetapi selama ini yang membeli hasil panennya adalah pengepul lokal yang juga dijual kepada pemodal besar di daerah lain seperti Makassar (Sulsel) dan Surabaya (Jatim).

"Kesulitan kita mengontrol stabilitas harga rumput laut di (kabupaten) Nunukan ini karena pembeli hanya warga lokal sendiri yang menjual kembali kepada perusahaan," ujar mereka seraya mengatakan, kemungkinan besar penyebab labilnya harga rumput laut di daerah itu karena ketiadaan investor yang bersedia menampung hasil panen nelayan pembudidaya rumput laut tersebut.

Warga menilai dengan harga saat ini pada kisaran Rp8.000 per kilo gram merugikan karena biaya operasional yang dikeluarkan lebih besar misalnya upah bagi pengikat bibit dan pemasangan bibit di laut.

Pewarta: M Rusman
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015