Jakarta (ANTARA News) - Kebiasaan sarapan mempengaruhi cara individu melakukan metabolisme makanan berprotein tinggi menurut hasil riset yang dipublikasikan di European Journal of Clinical Nutrition.

Peneliti dari University of Missouri, Amerika Serikat, menemukan perbedaan respons metabolisme makanan berpotein tinggi yang berbeda pada perempuan muda yang biasa melewatkan sarapan dengan mereka yang rutin sarapan.

Remaja yang biasa melewatkan sarapan kontrol glukosanya buruk sepanjang hari ketika mengonsumsi sarapan berprotein tinggi sementara mereka yang biasa sarapan makanan berkarbohidrat tinggi kontrol glukosanya membaik setelah mereka sarapan makanan berprotein tinggi.

"Bukti ilmiah terkini menunjukkan bahwa peningkatan glukosa berkelanjutan setelah makan berkontribusi pada glikemia yang buruk dan berhubungan dengan peningkatan risiko diabetes tipe 2 dan komplikasi kardiovaskular," kata Heather Leidy, lektor di Department of Nutrition and Exercise Physiology, University of Missouri.

"Karena potensi risiko jangka panjang, mengidentifikasi strategi diet yang bisa dimulai individu ketika mereka remaja untuk mengurangi peningkatan glukosa setelah makan bisa mencegah kejadian diabetes tipe 2 dan penyakit kardiovaskular."  

Para peneliti melakukan studi pada 35 perempuan muda dengan berat badan berlebih yang biasa sarapan atau biasa melewatkan sarapan.

Untuk studi itu, mereka yang biasa melewatkan sarapan makanan berkarbohidrat tinggi, sarapan berprotein tinggi atau melanjutkan melewatkan sarapan tiga hari berturut-turut.

Mereka yang biasa sarapan mengonsumsi makanan berkarbohidrat tinggi atau berprotein tinggi berturut-turut selama empat hari untuk sarapan.

Pada hari keempat para peneliti mengukur kadar gula darah mereka sepanjang hari.

Para peneliti mendapati pada mereka yang biasa melewatkan sarapan, konsumsi makanan berprotein tinggi saat sarapan menyebabkan peningkatan kadar glukosa sepanjang hari ketimbang saat mereka melewatkan sarapan sedangkan standarnya, sarapan berkarbohidrat tinggi tidak mempengaruhi respons ini.

Namun demikian, di antara mereka yang rutin sarapan konsumsi protein tinggi saat sarapan menurunkan kadar glukosa sepanjang hari.

"Temuan ini bisa mengindikasikan peningkatan ketidakmampuan di antara mereka yang biasa melewatkan sarapan untuk memetabolisme protein dalam jumlah besar," kata Leidy.

"Sayangnya kami belum mengetahui berapa lama seseorang yang telah melewatkan sarapan perlu melanjutkan kebiasaan sarapan untuk mendapatkan manfaat itu," katanya seperti dilansir laman University of Missouri.

Kendati demikian, ia menjelaskan, data-data penelitian menunjukkan bahwa sekali seseorang mulai sarapan mereka harus secara bertahap mengonsumsi lebih banyak protein – atau sekitar 30 gram – untuk mendapatkan kadar gula darah terkendali.

Leidy mengatakan perempuan muda sebaiknya secara rutin mengonsumsi 350 kalori dengan hampir 30 gram protein untuk sarapan.

Untuk menjalankan rekomendasi mengonsumsi 30 gram protein, Leidy menyarankan makanan seperti telur orak-arik, burrito dengan telur dan daging, atau yogurt Yunani.

Penerjemah: Maryati
Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015