Sydney (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop mengkhawatirkan semakin banyak saja perempuan Australia yang pergi ke Irak dan Suriah demi menjadi "pengantin" ISIS. Bishop juga mengingatkan bahaya pemikiran "petualangan romantis".

Paling sedikit 110 warga Australia telah ikut berperang bersama ISIS di Timur Tengah dan 30-40 orang di antaranya adalah perempuan atau mendukung aktif kelompok ekstremis ini di Australia.

"Sayangnya kami menyaksikan sekelompok muda berusaha bergabung dalam konflik di Suriah dan Irak serta jumlah kaum perempuan yang terus bertambah," kata Bishop, menyusul kasus perginya tiga remaja Inggris yang tengah menuju Suriah.

"Ini menentang logika. Keluarga dan teman perlu menjangkau kaum muda sebelum terlalu terlambat."

Dia merujuk kasus perempuan muda berusia 22 tahun bernama Amira Karroum yang meninggalkan rumahnya di Sydney sebelum Natal dan meninggal dalam peperangan di Suriah.

"Kematian dia bukanlah syahid, ini kehilangan tragis yang tidak masuk akal," kata Bishop.

Dia menambahkan banyak perempuan yang menuju zona konflik karena tertarik pada pria asing teroris untuk menjadi pasangannya atau memang benar-benar tengah mencari suami, lalu diinformasikan secara online bahwa perempuan-perempuan itu akan menemukannya di Suriah dan Irak.

Bishop memperingatkan bahwa perempuan-perempuan ini menghadapi sebuah rezim yang brutal yang memperlakukan wanita secara menakutkan.

"Ini adalah organisasi teroris yang punya jejak rekam yang menakutkan ketika menyangkut wanita," kata dia kepada radio ABC.

"Mereka sungguh memiliki instruksi online mengenai bagaimana memperlakukan seorang budak seks. Mereka mendukung serangan seksual terhadap anak perempuan yang bahkan belum puber.

"Oleh karena itu perilaku mereka kepada wanita sama sekali menakutkan dan untuk itu para perempuan muda tidak boleh terjebak percaya bahwa ada petualangan romantis yang berkaitan dengan dukungan pada Daesh (ISIS) dan organisasi-organisasi teroris serupa."

Sekitar 550 perempuan dari seluruh penjuru Eropa juga telah bergabung dengan kaum militan. Bishop mengatakan Australia tengah bekerja sama dengan komunitas-komunitas muslim untuk mengantisipasi risiko itu.

"Kami sejumlah inisiatif dan program komunitas yang bekerja sama dengan komunitas-komunitas lokal, sekolah-sekolah, keluarga-keluarga," kata dia.

"Prakarsa-prakarsa kami dalam mengatasi menyebarnya konten ekstremis online pada laman-laman adalah juga bagian dari itu, bekerja sama dengan masjid-masjid setempat, bersama kelompok-kelompok komunitas."

Pernyataan Bishop ini disampaikan setelah seorang pria Australia yang pergi ke Suriah untuk memerangi kaum militan terbunuh dan dia adalah orang Barat pertama yang tewas di medan perang saat berperang bersama Kurdi.

"Seorang pria Australia terbunuh akibat satu serangan ISIS terhadap sebuah posisi Unit Perlindungan Rakyat Kurdi (YPG) dekat Tal Hamis di provinsi Hasakeh province," kata Direktur Observatorium Suriah untuk HAM Rami Abdel Rahman.

Departemen luar negeri Australia menyatakan prihatin atas laporan itu namun kapasitasnya dalam memastikan laporan kematian di Suriah atau Irak sangatlah terbatas.

"Warga Australia yang terlibat dalam konflik-konflik di luar negeri tengah mempertaruhkan keselamatan dirinya dalam bahaya ganas," sambung Deplu Australia seperti dikutip AFP.



Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015