Jakarta (ANTARA News) - Melonjaknya harga beras membuat Presiden Joko Widodo turun langsung ke gudang Badan Urusan Logistik (Bulog) di Kelapa Gading, Jakarta Utara pada Rabu (25/2) untuk memastikan kecukupan stok, meski demikian, hari ini harga beras di sejumlah pasar di Ibu Kota belum kunjung turun.

Harga beras di Pasar Gang Kancil, Kelurahan Keagungan, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat, terpantau masih mengalami lonjakan harga sekitar Rp1.000 per liter sejak beberapa pekan lalu.

"Beras IR 42 harganya Rp10.500 dari awalnya Rp9.500 per liter. Rata-rata sih naik Rp1.000," kata Mujianto (26), salah seorang pedagang beras di Pasar Gang Kancil, Jumat.

Beras Pandan Wangi yang biasa dijualnya seharga Rp8.500 kini dijual seharga Rp9.500 per liter. Sementara beras pera super dijual Rp11.000 per liter dari harga semula Rp10.000 per liter.

Mujianto mengaku tidak tahu pasti penyebab naiknya harga beras, menurutnya suplai barang dari Pasar Induk Cipinang masih normal.

"Sejak habis banjir ini lah harga beras jadi naik. Mungkin di sananya belum panen kali ya? Apa gagal panen karena banjir? Mungkin pendistribusiannua yang susah, transportasinya terhambat banjir jadi susah," kata Mujianto.

Lebih lanjut, Mujianto mengatakan meski harga beras melonjak seperti saat ini, pendapatannya tak pernah menurun.

"Pendapatan stabil, cuma ya banyak yang komplain ibu-ibu. Kenapa harganya mahal, kata mereka. Kalau yang beli sih tetap ada saja," katanya.

Harga beras yang melambung juga terjadi di Pasar Sawah Besar, Kelurahan Maphar, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat.

Harga beras IR I (64) naik dari harga Rp11.000 menjadi Rp12.000 per kilogram. Sementara beras IR II (64) naik dari harga Rp10.000 menjadi Rp11.000 per kilogram. IR III (64) naik dari harga Rp9.000 menjadi Rp10.500.

Beras IR 42 naik dari harga Rp13.000 menjadi Rp14.000 per kilogram.

"Beras naiknya parah banget. Seminggu ini aja bisa naik sampai Rp40.000 sekarung. Jual beras untungnya makin tipis," kata Yuniarti (32) salah satu pedagang di Pasar Sawah Besar.

Yuniarti mengatakan mahalnya harga beras memicu sebagian pedagang "nakal" untuk mengoplos beras merk tertentu dengan beras kualitas yang lebih rendah.

"Beras Pandan Wangi misalnya, kalau yang asli kan bulirnya bulat-bulat. Ini kadang-kadang ada yang mencampur dengan yang biasa jadi bulirnya ada yang panjang-panjang. Kalau Pandan Wangi asli harganya per liter bisa dijual Rp13.000. Kalau yang campur Rp9.500 juga jadi," kata Mujianto.

Sementara itu, para pembeli hanya bisa pasrah dengan harga beras yang naik karena beras memang makanan pokok sehari-hari.

"Mau bagaimana lagi. Biar mahal ya tetap harus dibeli namanya juga makanan pokok. Semakin tenggelam pokoknya ini. Mana uang belanja gak nambah," kata Susiati (28), salah seorang ibu rumah tangga yang tinggal di Kelurahan Keagungan.

Saat meninjau Bulog, Presiden Joko Widodo menegaskan bahwa stok beras cukup sampai masa panen Maret-April 2015 sebanyak 1,4 juta ton.

Pemerintah juga siap menyalurkan beras hingga 300.000 ton untuk menjaga harga beras melalui operasi pasar, namun hingga kini harga beras masih tetap mahal.

Pewarta: Ida Nurcahyani
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015