Jakarta (ANTARA News) - Menteri Perdagangan, Rachmat Gobel, akan menghadiri pertemuan informal menteri-menteri ASEAN pada 28 Februari-1 Maret 2015 guna guna membahas cetak biru dan memastikan pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

"Pertemuan ini juga membahas dua prioritas yakni Implementasi Kebijakan (Measures) dalam MEA dan penyelesaian Visi Pasca 2015," kata Rachmat, dalam siaran pers yang diterima, Jumat.

Sebagai ketua ASEAN, Malaysia ingin memastikan MEA dapat dibentuk pada akhir Desember 2015 ini sehingga di awal Januari semua sudah dapat diberlakukan.

Sejumlah deliverables penting yang diusulkan Malaysia untuk diselesaikan selama memimpin ASEAN tahun 2015 ini yaitu, The 10th package of Asean Framework Agreement of Services (AFAS), dan ASEAN SME Development Strategic Action Plan.

Selain itu juga ASEAN Trade Facilitation Agreement (ATFA), ASEAN Wide Self Certification, ASEAN Business Travel Card (ABTC), ASEAN Single Window, Good Regulatory Practices, Conclusion of the TIS and Investment Agreementm under the AJCEP, dan Substantial Conclusion of the RCEP.

Indonesia, lanjut Rachmat, pada prinsipnya mendukung deliverables yang diusulkan Malaysia, namun ada hal-hal yang perlu juga diperhatikan bahwa anggota ASEAN mempunyai kapasitas dan sistem hukum yang berbeda satu dengan lainnya.

"Diharapkan dengan adanya arahan dari semua menteri-menteri perdagangan ASEAN maka semua isu dapat lebih mudah ditindaklanjuti oleh para Senior Official," ujar Rachmat.

Pada akhir tahun 2015 nanti, akan diberlakukan MEA dimana akan terjadi integrasi 10 negara Asia Tenggara dalam suatu kawasan ekonomi eksklusif yang menciptakan akses pasar antar negara yang lebih luas.

Pada 2012 lalu, pendapatan perkapita di kawasan tersebut meningkat dari 2.267 dolar AS menjadi 3.759 dolar AS. Selain itu juga ada peningkatan investasi dari investor asing (FDI) dari 92 miliar dolar AS menjadi 114 miliar dolar AS pada tahun 2011.

ASEAN beranggota 10 negara. Populasi ASEAN pada 2012 mencapai 617,68 juta jiwa dengan pendapatan domestik bruto kurang lebih sebanyak 2,1 triliun dolar AS.

Pewarta: Vicki Febrianto
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015