Jakarta (ANTARA News) - Generasi ’70-an dan ’80-an pasti tidak asing pada sosok Mr Spock dengan kuping lancip dan suara berat plus rambut lurus berponi serta mimik wajah selalu serius dalam serial Star Trek.  Karakter ini dimainkan oleh aktor Leonard Nimoy.

Mr Spock kini sama sekali tiada setelah Leonard Nimoy meninggal dunia pada usia 83 tahun di rumahnya di kawasan elite Bel Air, Los Angeles.

Dalam serial Star Trek yang ikonik itu, Nimoy memerankan perwira pertama pada kapal ruang angkasa penjelajah ruang dan waktu, USS Enterprise, sebagai seorang alien dari Planet Vulkan, yang sangat mengandalkan logika berpikir.

Laman www.nytimes.com, Sabtu ini, menyatakan, istri Nimoy, Susan Bay Nimoy, memastikan kepergian untuk selamanya sang aktor.

Tahun lalu Nimoy mengumumkan penyakit serius akibat kebiasaan merokok bertahun-tahun. Dia masuk rumah sakit setempat pekan lalu. Dengan kemampuan aktingnya yang memberi roh pada sosok Mr Spock, dia menjadi ikon penting Star Trek sebagai armada utama Serikat Federasi Planet-planet.

Salam damainya, “panjang umur dan sejahtera” juga sangat khas. Jika diucapkan dalam bahasa Planet Vulkan, maka ucapan itu berbunyi "Dif-tor heh smusma", yang diikuti gerakan tangan.

Semua kekhasan yang menginspirasi banyak film fiksi ilmiah sejenis, diberi roh dan karakter sangat lukratif oleh Nimoy.

Saat mengikuti uji peran Mr Spock untuk Star Trek pada dasawarsa ’60-an, Nimoy mengajar seni akting Method pada studio pribadinya.

Dia mengembangkan dan memberi nalar sendiri pada sosok Mr Spock yang dia akui juga memuat unsur mistik sebagai satu-satunya mahluk asing di ruang komando USS Enterprise.

Walau dikenal sangat sukses dengan Mr Spock-nya, Nimoy bersikap ambivalens. Dua otobiografinya mengungkap hal ini, yaitu dalam "I Am Not Spock" yang diluncurkan pada 1977 dan "I Am Spock" (1995).

Pada otobiografi pertamanya, dia menulis, “Dalam (sosok) Spock, aku akhirnya menemukan hal paling baik dari kedua dunia: diterima secara sangat luas oleh publik dan tetap bisa melanjutkan memerankan sosok alien itu melalui karakter Vulkan.”

Star Trek yang episode perdananya mengudara melalui NBC pada 8 September 1966, mengangkat Nimoy ke kebintangannya.

Gene Roddenderry, sang kreator Star Trek, menyebut Nimoy “roh Star Trek”, yang sering menjadi patokan perkiraan apa yang akan terjadi pada masa depan ke dalam wacana sosial masyarakat. Begitu pun dengan efek khusus yang terlihat sangat primitif untuk ukuran masa kini.

Berkat “roh” itu, walau kelanjutan seri-serinya tertunda setelah tiga musim berlalu dengan peringkat rendah, namun ternyata dia membuat fenomena lain.

Terbentuklah komunitas Trekkies atau Trekkers dengan kostum identik dengan pemeran Star Trek dan menggelar banyak sekali aktivitas di luar perfilman, antara lain seminar.

Para penggemar ini sangat fanatik dengan versi televisi seri Star Trek, termasuk juga pada sosok Kapten Kirk (William Shatner), Dr McCoy (DeForest Kelley), Sulu (George Takei), Scott - kepala kamar mesin USS Enterprise (James Doohan), Uhura - kepala komunikasi USS Enterprise (Nichelle Nichols), dan Chekov - navigator (Walter Koenig).

Setelah beberapa dasawarsa, Nimoy kembali muncul dalam “almamater”-nya ini, yaitu pada versi layar lebar, Star Trek Into Darkness, pada 2013.

Saat itu, dia memang berparas jauh lebih tua namun sebagai manusia Planet Vulkan, dia tetap memberi bimbingan dan pertimbangan di luar kemampuan manusia Bumi.

Nimoy tidak akan pernah lagi bisa hadir, baik sebagai dirinya sendiri maupun sebagai Mr Spock. Dia telah melesat dalam dunia baru yang abadi, demikian laman New York Times itu.

Penerjemah: Ade P Marboen
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2015