Jakarta (ANTARA News) - Tahukah Anda jika hampir setengah dari produk makanan kemasan yang dijual di toko-toko mengandung minyak kelapa sawit?

Minyak kelapa sawit bisa ditemukan di dalam cokelat, es krim, bahan adonan kue, donat, keripik kentang, makanan-makanan beku, sup kalengan, bahkan susu formula bayi.

Rainforest Action Network menyatakan, "saat Anda makan makanan yang dibuka dari kotak atau bungkusan apa pun, Anda mungkin saja makan minyak kelapa sawit."

Minyak kelapa sawit bahkan bisa ditemukan di produk-produk non-makanan seperti sabun mandi, deterjen, dan produk-produk mandi lain.

Dalam laporan "Konflik Kelapa Sawit: Bagaimana Merk Makanan Ringan Amerika Serikat Berkontribusi Terhadap Perubahan Iklim dan Pelanggaran Hak Azasi Manusia," Rainforest Action Network menyerukan pada pabrik makanan global untuk mengadopsi pertanggungjawaban terhadap kebijakan kelapa sawit dan berkomitmen untuk hanya menggunakan minyak kelapa sawit yang bisa ditelusuri yang bebas dari pelanggaran perambahan hutan dan hak azasi manusia.

Laporan tersebut mengidentifikasi 20 perusahaan makanan ringan paling besar dan berpengaruh di dunia, dan ternyata komitmen pembelian kelapa sawit dengan perhatian terhadap aspek lingkungan hidup perusahaan-perusahaan itu dinyatakan gagal.

Ke-20 perusahaan makanan ringan tersebut adalah:
1. Campbell Soup Company
2. ConAgra Foods, Inc.
3. Dunkin’ Brands Group, Inc.
4. General Mills, Inc.
5. Grupo Bimbo
6. Hillshire Brands Company
7. H.J. Heinz Company
8. Hormel Foods Corporation
9. Kellogg Company
10. Kraft Food Group, Inc.
11. Krispy Kreme Doughnuts Corp.
12. Mars Inc.
13. Mondelez International, Inc.
14. Nestlé S.A.
15. Nissin Foods Holdings Co.
16. PepsiCo, Inc.
17. The Hershey Company
18. The J.M. Smucker Company
19. Toyo Suisan Kaisha, Ltd.
20. Unilever.

Dengan perkiraan 74 persen kelapa sawit digunakan dalam produk makanan dan memasak, tiap-tiap perusahaan tersebut memiliki kuasa membeli yang besar dan dapat berpengaruh besar dalam cara bagaimana minyak kelapa sawit diproduksi dengan menuntut minyak kelapa sawit yang bebas konflik kepada para pemasok.

Perdagangan global kelapa sawit diatur oleh kelompok kecil pemasok internasional, termasuk Cargill, ADM, Wilmar, IOI, Bunge, AAK, Fuji Oils dan KLK. Para pedagang itulah yang memiliki kuasa penuh mendesak kelapa sawit yang mereka beli dan pasok pada pabrik makanan dapat dilacak silsilahnya dan tidak diasosiasikan dengan pembalakan hutan atau melanggar hak azasi manusia.

Seperti yang dikatakan peraih Goldman Prize 2014, Rudi Putra: "Kami tidak menolak kelapa sawit. Kami hanya menolaknya ketika perkebunan kelapa sawit merusak hutan."

Peran Konsumen


Konsumen juga punya peranan dengan mengecek label makanan dan menggunakan kekuatan membeli mereka untuk menekan perusahaan makanan ringan memangkas kelapa sawit konflik dari bahan makanan yang mereka gunakan.

Menyelesaikan masalah konflik kelapa sawit membutuhkan terbangunnya kerja sama yang kuat antara masyarakat dan permintaan pasar untuk mewujudkan kelapa sawit yang lebih bertanggungjawab dan mengeliminiasi permintaan atas kelapa sawit yang penuh konflik.

Tujuannya adalah untuk menciptakan sebuah titik tertentu yang mampu meningkatkan kelangsungan hidup ekonomi atas penanaman kelapa sawit yang bertanggung jawab transformasi infrastruktur global mata rantai pasokan kelapa sawit.

Saat mengadvokasi kelapa sawit yang bebas konflik, penting bagi konsumen untuk tetap waspada perbedaan skema pelabelan yang digunakan perusahaan dalam rangka mengatasi masalah kelapa sawit. Untuk klarifikasi, berikut definisi beberapa istilah yang sering digunakan:

Kelapa sawit konflik: diproduksi dalam kondisi yang diasosiasikan dengan perusakan terus menerus hutan hujan, ekspansi pada rawa yang kaya kunsur karbon, dan atau pelanggaran terhadap hak azasi manusia, termasuk kegagalan untuk mengakui dan menghormati hak atas tanah adat dan komunitas yang tergantung pada hutan dan penggunaan pekerja paksa dan pekerja anak-anak.

Kelapa sawit konflik mengkontaminasi hampir seluruh perdagangan global kelapa sawit dan digunakan untuk membuat produk makanan yang dibeli konsumen setiap hari dari banyak merk terpercaya yang ditawarkan oleh "20 perusahaan makanan ringan"

Kelapa sawit bertanggung jawab: kelapa sawit yang bertanggung jawab diproduksi tanpa kontribusi perambahan hutan, ekspansi terhadap rawa yang kaya karbon dan atau pelanggaran atas hak azasi manusia dan hak pekerja. Kelapa sawit bertanggung jawab diproduksi secara legal dan bisa dilacak kembali secara verifikatif ke perkebunan di mana sawit ditanam.

Istilah minyak kelapa sawit "lestari" RSPO telah dicairkan oleh asosiasi dengan standar sertifikasi lemah oleh Roundtable on Sustainable Palm Oil (RSPO).

Minyak kelapa sawit lestari kemudian dicairkan istilahnya oleh banyak perusahaan yang membeli sertifikat GreenPalm (yang memberi sedikit dukungan keuangan pada produsen mengikuti standar kelapa sawit lestawi RSPO", dari pada membeli sertifikat kelapa sawit RSPO (yang sumbernya dari produsen RSPO bersertifikat dan tidak dicampur dengan sumber kontroversial di waktu kapan pun dalam rantai pasokan), atau kelapa sawit bersertifikat yang lebih baik.

Perusahaan-perusahaan ini kemudian dapat menempel logo GreenPalm dalam kemasan mereka dan situs mereka untuk membuat produk kelapa sawit mereka tampak lestari, namun pada kenyataannya perusahaan masih membeli minyak kelapa sawit konflik dan membayar dengah harga sangat rendah untuk "menutupi" penggunaan minyak kelapa sawit mereka.

Banyak perusahaan yang membeli baik minyak kelapa sawit bersertifikat RSPO (yang memungkinkan bercampurnya minyak kelapa sawit bersertifikat RSPO dan non-RSPO) dan mengklaim mereka mendapat sumber 100 persen minyak kelapa sawit lestari.

Ada kekhawatiran yang terus tumbuh angka ini akan menjadi lebih dari sekedar taktik "greenwashing" yang menjadikannya "minyak kelapa sawit lestari" bukanlah istilah yang berguna lagi untuk membedakan minyak kelapa sawit baik dan buruk.

Perusahaan-perusahaan yang memproduksi, memperdagangkan, dan menggunakan minyak kelapa sawit harus melampaui lebih dari sekedar "lestari" RSPO yang sebenarnya bukanlah standar yang cukup menjadi benar-benar bertanggung jawab.

Mentransformasi cara minyak kelapa sawit diproduksi secara global sangatlah penting untuk melindungi hutan hujan dunia dan membahayakan secara kritis satwa liar yang hidupnya bergantung pada hutan. Mulai dari petani dan pemasok hingga pabrik makanan dan konsumen, kita asemua memiliki peran untuk memastikan minyak kelapa sawit konflik dihapuskan dari pasaran.

Penerjemah: Ida Nurcahyani
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2015