Damaskus (ANTARA News) - Gerilyawan Negara Islam (ISIS) pada Minggu (1/3) membebaskan 10 orang Assyria yang telah diculiknya pada Februari, kata satu kelompok pemantau.

Semua 19 orang itu adalah kelompok pertama dari 29 orang Assyria yang dibebaskan dari tuntutan oleh pengadilan ISIS pada Sabtu (28/2), kata Observatorium Suriah bagi Hak Asasi Manusia.

Pada 23 Februari ISIS menculik 220 orang Assyria, selama serangan yang dilancarkannya ke daerah yang kebanyakan warganya adalah orang Assyria, terutama di Daerah Tal Tamr dan pinggirannya di Provinsi Al-Hasakah, bagian timur-laut Suriah.

Nasib orang lain yang diculik ISIS masih belum diketahui di tengah laporan bahwa sisa orang Assyria menunggu pemeriksaan di pengadilan ISIS.

Belum jelas mengapa ISIS mengadili orang Assyria, demikian laporan Xinhua, Senin pagi.

Masih pada Minggu, stasiun televisi pan-Arab Al-Mayadeen menyatakan tentara Suriah merebut sebanyak 33 kota kecil di pinggiran timur Al-Hasaka, setelah bentrok dengan petempur ISIS.

Sementara itu puluhan orang Assyria pada Ahad menggelar misa di Ibu Kota Suriah, Damaskus. Mereka mendoakan rekan mereka orang Assyria yang diculik oleh gerilyawan ISIS di bagian timur-laut Suriah.

Banyak perempuan dan anak kecil, yang disambut oleh aroma wewangian, berjalan ke Abraham Monastery di wilayah Kota Tua Damaskus, dengan mengenakan penutup kepala saat mereka memasuki gerbang raksasa tempat tersebut.

Orang Assyria itu mulai mengumandangkan doa, sebagian bahkan diam-diam menitikkan air mata saat pastor mengucapkan doa buat sebanyak 220 orang Assyria yang diculik oleh ISIS dari kota tempat tinggal mereka di pinggiran Provinsi Al-Hasaka di bagian timur-laut Suriah.

Mereka mengumandangkan doa dalam Bahasa Assyria, misa pertama yang diselenggarakan dalam bahasa kuno itu saat mereka memperlihatkan solidaritas buat orang Assyria yang diculik.

"Saya berdoa bagi kebebasan semua orang yang telah diculik," kata Rouni, orang Assyria yang berusia 20 tahun.

Dema Burai, seorang perempuan Assyria, juga menyampaikan harapannya saat misa pada Minggu.

Pastor Tuma Stevokaka mendesak "masyarakat internasional dan Liga Arab agar memberi perhatian pada aksi yang dilakukan terhadap warga kami dan masyarakat Kristen pada umumnya".

(Uu.C003)

Editor: Fitri Supratiwi
Copyright © ANTARA 2015