... juga puasa makan agar saat nanti keluar mereka buas...
Pesisir Barat, Lampung (ANTARA News) - Dua harimau sumatera (Panthera tigris sumatrae), Panti dan Petir, siap dilepasliarkan setelah direhabilitasi di Pusat Pelestarian Satwa Liar Tambling atau Tambling Wildlife Nature Conservation (TWNC).

Areal konservasi yang singkatan namanya mirip dengan nama pemiliknya itu terletak di dalam area konservasi alam seluas 50.000 Hektare, di Balai Besar Taman Nasional Bukit Barisan Selatan (TNBBS).

"TWNC kembali mendapat kesempatan untuk ketiga kalinya untuk melepasliarkan dua harimau sumatera yang secara kesehatan sudah layak untuk dapat dikembalikan ke habitatnya. Semoga nanti pelepasliarannya lancar," kata pemilik TWNC, Tomy Winata, saat gladi resik pelepasliaran, Minggu (1/3).

Di area pelepasliaran yang seluas satu hektar itu, Panti dan Petir merupakan dua dari sembilan harimau sumatera yang akan dilepas untuk kembali ke alam liarnya. Secara ideal, satu harimau sumatera jantan dewasa memerlukan habitus hingga ratusan hektar. 

Berlainan dengan singa afrika yang hidup komunal, semua subspecies harimau yang masuk dalam genus kucing besar ini soliter dan tidak akan berinteraksi selain pada musim kawin. 

Panti berusia 12 tahun yang sebetulnya sudah dilepasliarkan ke alamnya pada 2010 lalu. Namun pada Oktober 2011, harimau betina itu terlihat di sekitar PRS TWNC dengan kaki terluka di bagian telapak kakinya. Tim pengasuh TWNC menangkap Panti untuk segera dirawat lukanya.

Setelah sekitar tiga minggu dalam perawatan ternyata Panti sedang hamil dan pada 26 Oktober 2011 Panti melahirkan tiga ekor anak harimau, Bintang, Topan, dan Petir. Ibu Ani Bambang Yudhoyono yang memberi nama itu.

Petir, salah satu anak Panti yang kondisinya sudah siap dilepasliarkan. Di usianya yang ketiga, pertumbuhan Petir jauh lebih pesat dan sehat dibandingkan dua saudaranya dengan bobot saat ini sekitar 120 kg. 

 "Panti dan Petir sudah dipingit di kandang sejak Jumat malam (27/2). Keduanya juga puasa makan agar saat nanti keluar mereka buas," ujar perawat PRS TWNC, Marizal.

Ia menambahkan, sebelum pelepasliaran Panti dan Petir tidak boleh lagi banyak bermain agar mereka liar dan tidak manja.

Dokter Hewan Taman Safari, Bongot Mulia, menjelaskan harimau yang akan dilepasliarkan sudah menjalani evaluasi yang panjang.

"Ada parameter-parameter yang dilihat, misal harimau menunjukkan sifat potensial dia individu yang layak dilepas dari cara dia menangkap mangsa, makan, dan reaksi perjumpaan dengan orang," tutur Mulia.

Selain itu, lanjutnya, kesehatan juga menjadi parameter yang penting seperti pemeriksaan darah, feses dan parasit serta organ reproduksi.

"Meyakinkan dia dalam kondisi yang sehat, dilihat fisik dan anatomi karena yang kami lepas nanti ke alam liar harus bebas dari penyakit dan bisa bereproduksi secara baik," jelasnya.

Pelepasliaran yang rencananya akan dilakukan pada Selasa (3/3) merupakan pelepasliaran ketiga dan akan disaksikan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya, dan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti. 

 Pelepasliaran pertama dilakukan pada 22 Juli 2008 setelah menjalani rehabilitasi hampir satu bulan. Pangeran dan Agam dilepasliar ke alam bebas untuk melanjutkan hidupnya.

Kemudian, pada 22 Januari 2010, TWNC kembali melepasliar dua ekor harimau sumatera, Panti dan Buyung.

Pewarta: Monalisa
Editor: Ade P Marboen
Copyright © ANTARA 2015