Samarra, Irak (ANTARA News) - Perdana Menteri Irak, Minggu, mengumumkan peluncuran operasi militer untuk merebut kembali Tikrit dari kelompok ISIS serta mendesak pasukannya untuk menghindari warga sipil dalam pertempuran itu.

Haider al-Abadi, yang berbicara dari Samarra, kota utama lainnya di Provinsi Salaheddin, tampak mengemukakan kekhawatiran atas aksi pembalasan terhadap penduduk Sunni di daerah Tikrit itu.

"Prioritas kami berikan kepada angkatan bersenjata dan semua kekuatan yang turut serta bersama mereka untuk menjaga keamanan warga," katanya kepada wartawan, seperti dilaporkan AFP.

Di media sosial, ia juga menyeru "untuk berhati-hati dalam melindungi warga sipil dan properti sipil."

Pada Sabtu, setidaknya 11 prajurit Irak tewas dalam serangan bom bunuh diri truk di markas militer di selatan Tikrit.

Tentara Irak, pejuang relawan Irak yang dikenal sebagai unit Mobilisasi Populer dan milisi Syiah telah selama beberapa pekan terakhir mendekati Tikrit, kubu utama kelompok ISIS di negara ini.

Pasukan pemerintah telah berusaha dan gagal beberapa kali untuk merebut kembali kota kelahiran mantan presiden Saddam Hussein itu sejak kalah dari kelompok ISIS pada Juni tahun lalu.

Hadi al-Ameri, komandan Mobilisasi Populer dan tokoh sentral dalam upaya Irak melawan kelompok Negara Islam, Sabtu, mendesak warga Tikrit meninggalkan rumah mereka dalam beberapa jam sehingga pasukan pemerintah bisa "menyelesaikan pertempuran balas dendam untuk Speicher."

Speicher adalah pangkalan militer dekat Tikrit, lokasi di mana ratusan orang yang sebagian besar Syiah diculik sebelum dieksekusi pada hari-hari awal serangan nasional ISIS pada Juni 2014.

Milisi Syiah khususnya selalu bersumpah untuk membalas eksekusi di Speicher yang memicu kekhawatiran terjadinya pembunuhan massal terhadap warga Sunni di Tikrit jika markas itu dapat direbut kembali.

Beberapa suku Sunni di daerah Tikrit telah dituduh terlibat langsung dalam pembantaian di Speicher.

Abadi mengimbau warga untuk berbalik melawan kelompok ISIS, yang telah menderita serangkaian kekalahan militer sejak mitra asing Irak meningkatkan dukungan mereka.

"Saya meminta semua orang yang salah mengambil keputusan di masa lalu untuk meletakkan senjata mereka saat ini. Ini mungkin kesempatan terakhir," kata Abadi di Samarra seraya menyarankan beberapa orang di antaranya dapat memperoleh amnesti.

(Uu.G003)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015