Jakarta (ANTARA News) - Melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat belakangan ini dinilai lebih banyak karena faktor dari luar negeri dibanding kondisi di dalam negeri.

"Ini bukan karena masalah dalam negeri, ini karena faktor di luar negeri," kata Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro ketika ditemui seusai Rapat tentang Pendanaan Luar Negeri di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Senin.

Rapat terbatas yang digelar di Kantor Wapres itu dipimpin Wakil Presiden Jusuf Kalla dan dihadiri pula antara lain oleh Menteri Koordinator Perekonomian Sofyan Djalil, Menteri Pekerjaan Umum Basuki Hadimuljono, Menteri Perhubungan Ignasius Jonan, serta Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan.

Menurut Bambang Brodjonegoro, pelemahan mata uang rupiah dipengaruhi oleh sejumlah faktor luar negeri seperti kondisi perekonomian terkini misalnya di Tiongkok dan AS.

Menkeu mengutarakan keyakinannya bahwa Bank Indonesia telah siap dalam mengambil langkah-langkah yang tepat seperti intervensi pasar bila sekiranya hal itu diperlukan.

Sebelumnya, Wakil Presiden Jusuf Kalla mengatakan pemerintah belum perlu mengambil langkah antisipasi menghadapi pelemahan rupiah terhadap dolar AS mengingat penyebabnya faktor ekternal.

"Tidak perlu langkah antisipatif, karena pelemahan dipengaruhi faktor eksternal. Bagi kita, sebenarnya angka-angka seperti itu tidak masalah karena ekspor kita akan lebih baik impor kita menurun," katanya kepada pers di Ambon, Maluku, Kamis (26/2).

Kalla menyatakan hal itu ketika berada di Ambon untuk membuka Rapat Kerja Nasional Asosiasi Pemerintahan Provinsi Seluruh Indonesia (APPSI) Tahun 2015.

Wapres menyebutkan, pelemahan rupiah sebenarnya sudah terjadi enam bulan terakhir dan nilainya memang fluktuatif yang lebih disebabkan oleh faktor luar negeri. Meski, lanjutnya, memang ada juga pengaruh faktor internal.

"Ya, kadang-kadang dalam negeri dan kadang-kadang luar negeri. Kalau ini kan terjadi akibat Yunani, sehingga lebih sulit lagi, otomatis euronya melemah dan dolar menguat," katanya.

Pewarta: Muhammad Razi Rahman
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015