Yangon (ANTARA News) - Gajah putih langka yang secara adat dilihat sebagai tanda keberuntungan politik ditangkap di Myanmar, yang akan menyelenggarakan pemilihan umum, kata media negara itu Senin.

Binatang berkulit tebal yang ditangkap di hutan daerah Pathein di Delta Irrawaddy itu adalah gajah putih kesembilan yang ditempatkan di penangkaran menurut laporan Global New Light Myanmar.

Seperti dilansir kantor berita AFP, gajah betina itu diperkirakan berusia sekitar tujuh tahun dengan tinggi sekitar 190 sentimeter dan memiliki  "mata berwarna mutiara".

Meski disebut gajah putih, makhluk itu tidak benar-benar berwarna putih tapi memiliki ciri khas tertentu termasuk kulit berwarna merah muda.

Gajah putih secara historis dihormati oleh raja-raja dan para pemimpin Myanmar yang melihat mereka sebagai "simbol kedaulatan negara", kata sejarahwan Thant Myint-U.

Mereka ditemukan pada saat tepat untuk negara yang telah diperintah oleh pemerintahan kuasi-sipil sejak 2011 itu.

Penemuan gajah putih sebelum pemilihan umum tahun 2010 disebut-sebut media negara sebagai tanda kesuksesan "transisi demokrasi", meskipun ada kritik luas pada proses pemilihan umum dengan tuduhan kecurangan dan tidak terlibatnya pemimpin oposisi Aung San Suu Kyi.

Myanmar sedang bersiap menyelenggarakan pemilihan umum yang lain, ujian kunci pada reformasi politik negara itu dan pemilihan umum yang kemungkinan akan memenangkan partai Suu Kyi.

Tentara negara yang telah lama ditakuti juga sedang menikmati citra baik yang langka karena perjuangan mereka mengatasi pemberontak etnis Tionghoa di perbatasan timur laut.

Pertempuran itu telah dibingkai oleh media negara sebagai upaya mempertahankan kedaulatan, tetapi juga telah meningkatkan keraguan pada upaya pemerintah untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata nasional, yang menjadi dasar agenda reformasi.

Tidak jelas di mana gajah terbaru itu akan ditempatkan, meskipun sebagian besar gajah putih Myanmar dibawa ke sebuah tempat di ibukota Naypyidaw.

Populasi gajah liar Asia di Myanmar terancam punah terancam oleh perburuan dan hilangnya habitat akibat penebangan hutan. (Uu.G003)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015