Yogyakarta (ANTARA News) - Sejumlah tokoh umat Islam dan Budha se-Asia Tenggara melakukan pertemuan di Yogyakarta, Selasa, dalam acara A High Level Summit of Buddhist and Muslim Leaders untuk merumuskan upaya penguatan perdamaian antarpemeluk dua agama itu.

Kegiatan ini diselenggarakan International Network of Engaged Buddhis (INEB), Religion for Peace International (RPI), serta International Movement For A Just World (JUST) bersama Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Perwakilan Umat Budha Indonesia (Walubi). Perwakilan tokoh agama negara Asia Tenggara yang hadir di antaranya dari Thailand, Indonesia, Banglades, Malaysia, Sri Lanka.

Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia, Din Syamsuddin saat membuka acara itu mengatakan pertemuan itu diharapkan mampu membangun saling pengertian antardua umat beragama (Islam dan Budha) khususnya dalam menghadapi isu-isu ekstrimisme agama saat ini.

"Kekerasan mengatasnamakan agama, ekstrimisme, radikalisme harus sama-sama dapat dihindarkan dalam hubungan antarpemeluk agama Islam-Budha. Semua itu adalah musuh kita saat ini," kata dia.

Menurut Din, pemeluk agama Budha dan Islam adalah tiga per lima dari penduduk negara-negara di Asia Tenggara. Dengan demikian dua agama ini perlu terus-menerus membangun komunikasi yang baik.

"Kedua agama memang memiliki perbedaan secara teologis tapi punya kesamaan nilai, yakni nilai etika dan juga agama untuk manusai dan kemanusiaan," kata Din.

Sementara itu, menurut Din, hubungan Islam dan Budha di Asia Tenggar khususnya di Indonesia sercara umum memang relatif tidak memiliki masalah, kecuali konflik yang terjadi di Rohingnya, Myanmar, yang dia harapkan dapat segera terselesaikan.

"Ini penting agar secepatnya dilakukan upaya harmonisasi. Kami dari MUI dan Walubi sebelumnya telah melakukan upaya-upaya untuk menengahi persoalan di Myanmar itu," kata dia.

Ketua International Network of Engaged Buddhis (INEB), Harsha Kumara Navaratne mengatakan hubungan antardua budaya dan agama akan selalu terjalin dengan baik, jika dilandasi dengan komunikasi dan keterbukaan.

Oleh sebab itu, menurut Harsha, seyogianya dalam pertemuan tokoh dua agama tersebut, dapat dirumuskan pola komunikasi yang saling terbuka secara berkelanjutan antara umat Islam dan Budha.

"Komunikasi dan keterbukaan akan melahirkan cinta dan perdamaian, sebaliknya (tanpa keterbukaan) akan menimbulkan rasa curiga dan ketakutan," kata dia.

Hasil pertemuan yang berlangsung sehari ini selanjutnya akan dipaparkan dalam pernyataan bersama di Candi Borobudur pada Rabu (4/3).

Pertemuan serupa dengan fokus membahas isu kontemporer berkaitan hubungan Islam dan Budha di Asia Tenggara sebelumnya pernah diselenggarakan di Bangkok, Thailand pada 2013.

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2015