Sebab, ini kan sudah harus diajarkan sejak tingkat dasar"
Yogyakarta (ANTARA News) - Wakil Menteri Luar Negeri AM Fachir mengatakan dialog antaragama perlu diintensifkan untuk menghindarkan munculnya berbagai konflik yang bersinggungan erat dengan isu agama.

"Kami harap banyak lagi konferensi antarumat beragama supaya yang muncul ke permukaan bukan hanya fenomena ekstrimisme dan radikalisme," kata Fachir dalam pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi Tokoh Agama Islam dan Buddha di Yogyakarta, Selasa.

Dia menilai aksi kekerasan berbasis agama di berbagai negara tidak akan terjadi jika seluruh lapisan masyarakat dapat bersatu mengkampanyekan bahwa ekstrimisme dan radikalisme bertentangan dengan agama dan nilai kemanusiaan.

Menurut Fachir saat ini tokoh agama merupakan pihak yang paling bertanggung jawab untuk mengedukasi masyarakat untuk menjauhi ekstrimisme atau radikalisme dalam memahami ajaran agama.

"Mereka yang paling efektif menyampaikan pesan karena mereka paling banyak pengikutnya," kata dia.

Selain mendukung terbentuknya berbagai forum dialog antaragama, ia mengatakan, tokoh agama juga dapat menanggulangi ekstrimisme dengan memberikan bimbingan penyusunan kurikulum pendidikan yang mengedepankan toleransi dan dialog.

"Sebab, ini kan sudah harus diajarkan sejak tingkat dasar," kata Fachir.

Konferensi Tingkat Tinggi Tokoh Agama Islam dan Buddha ini diselenggarakan oleh International Network of Engaged Buddhis (INEB), Religion for Peace International (RPI), serta International Movement For A Just World (JUST) bersama Majelis Ulama Indonesia (MUI) dan Perwakilan Umat Buddha Indonesia (Walubi) untuk merumuskan upaya penguatan perdamaian antarpemeluk dua agama itu.

Acara ini dihadiri perwakilan tokoh agama Buddha dan Islam dari negara-negara Asia Tenggara di antaranya Thailand, Indonesia, Banglades, Malaysia, Sri Lanka.

Hasil konferensi yang berlangsung sehari ini selanjutnya akan dipaparkan dalam pernyataan bersama tokoh agama Buddha dan Islam di Candi Borobudir pada Rabu (4/3).

Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015