Jakarta (ANTARA News) - Kepala Ekonom PT Bank Negara Indonesia 1946 (BNI) Ryan Kiryanto memperkirakan kebijakan moneter Bank Indonesia (BI) selama 2015 akan tetap ketat dimana stabilisasi ekonomi masih menjadi prioritas utama.

"Stance (sikap) kebijakan moneter BI tetap cenderung ketat ya, tight bias (bias ketat)," ujar Ryan di Jakarta, Selasa.

Ryan mengatakan salah satu indikator masih akan diterapkannya kebijakan moneter ketat yakni tingkat suku bunga acuan (BI rate) di atas 7,0 persen.

BI sendiri baru saja menurunkan BI rate pada pertengahan Februari 2015 dari sebelumnya 7,75 persen menjadi 7,5 persen.

Tingkat BI rate 7,5 persen sendiri sempat dipertahankan oleh BI selama 13 bulan berturut-turut sejak November 2013 sampai dinaikkan 25 basis poin (bps) kemudian turun kembali bulan Februari 2015.

"Mengapa BI harus tetap menjaga BI rate tetap ketat tahun ini? Ada tiga penyakit Indonesia dalam tiga tahun terakhir yang belum sembuh sampai sekarang," kata Ryan.

Selain inflasi, lanjut Ryan, BI melihat defisit neraca transaksi berjalan dan tingginya utang luar negeri (ULN) khususnya ULN swasta, masih menjadi problem yang dapat memberikan tekanan kepada sistem keuangan di Tanah Air.

Sebelumnya, Gubernur BI Agus Martowardojo sempat membantah adanya tekanan politik terhadap BI terkait penurunan BI rate. Wakil Presiden Jusuf Kalla sempat berkomentar soal masih tingginya suku bunga di Indonesia.

BI mengklaim kebijakan penurunan BI rate masih sejalan dengan upaya untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan pada tingkat yang lebih sehat.

Pewarta: Citro Atmoko
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2015