Jakarta (ANTARA News) - Narkotika hingga kini masih menjadi ancaman serius masyarakat dunia, terbukti dengan terus bermunculannya zat-zat psikoatif baru dan maraknya penyalahgunaan zat-zat itu.

Laporan tahunan 2014 Dewan Pengawas Narkotika Internasional (International Narcotics Control Board/INCB), baru-baru ini menunjukkan, terdapat 388 zat psikoaktif baru (New Psychoactive Substance/NPS) yang teridentifikasi.

Jumlah ini, 11 persen lebih tinggi dari NPS yang teridentifikasi pada tahun sebelumnya, yakni 348 NPS.

Laporan itu mencatat, maraknya penggunaan NPS di seluruh dunia menggambarkan seriusnya ancaman narkotika.

Di samping itu, hal lain yang menjadi sorotan dalam laporan itu, ialah adanya kenaikan konsumsi global metilfenidat-- suatu stimulan yang umumnya digunakan dalam pengobatan pasien gangguan hiperaktivitas dan kurang perhatian (Attention Deficit Hyperactivity Disorder/ADHD), sebesar 68 persen.

Hal ini kemungkinan disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk meningkatnya jumlah pasien ADHD, meluasnya kelompok umur masyarakat yang menerima perawatan ADHD dan kurangnya pedoman yang memadai dalam praktik pemasaran metilfenidat.

Di Amerika Serikat , 11 persen anak dan remaja berusia 4 sampai 17 tahun telah didiagnosis menderita ADHD. Sementara di Jerman, jumlah diagnosis ADHD di antara tahun 2006 dan 2011 meningkat sebesar 42persen pada anak dan remaja berusia di bawah 19 tahun.

Laporan itu menyebutkan, metilfenidat semakin marak disalahgunakan remaja dan orang dewasa muda. Tren regional narkotika Untuk kawasan Asia Timur dan Asia Tenggara, narkotika tipe amfetamin (ATS) masih menjadi perhatian utama, mengingat meluasnya pasar gelap untuk stimulan ini.

Sementara di Asia Selatan, perhatian utama sekaligus tantangan terbesar soal narkotika terletak pada meningkatnya pembuatan, peredaran, dan penyalahgunaan sabu-sabu serta pengalihan dan penyalahgunaan sediaan farmasi yang mengandung zat narkotika.

Di Asia Barat, peningkatan berkelanjutan penyalahgunaan opiat dan budidaya opium ilegal khususnya di Afghanistan menimbulkan tantangan besar di wilayah tersebut.

Dibanding tahun sebelumnya, budidaya tanaman opium di Afghanistan meningkat sebesar 7 persen, sementara produksi opium di negara tersebut meningkat sebesar 17 persen. Selain itu, perdagangan heroin Afghanistan melalui Sri Lanka juga mengalami kenaikan.

Laporan mencatat, terdapat lonjakan rata-rata hasil sitaan sebesar sepuluh kali lipat, yakni dari 35 kilogram, pada tahun 2012 menjadi 350 kilogram pada tahun 2013. Sementara untuk wilayah Australia dan Selandia baru, meluasnya pasar untuk zat psikoaktif baru dan relatif tingginya tingkat penyalahgunaan narkotika merupakan persoalan yang menjadi perhatian.

Dari seluruh zat psikoatif yang beredar, ganja masih merupakan zat narkotika yang paling disalahgunakan dan paling banyak diproduksi secara lokal di dua wilayah itu.

Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2015