Vrindavan, India (ANTARA News) - Beberapa janda di India mematahkan tradisi dengan merayakan Festival Holi di Vrindavan dan Varanasi, dua kota di India Utara.

"Saya tidak pernah merayakan festival apa pun setelah suami saya meninggal," kata Tukni Devi, 90, dikutip dari Aljazeera.

Janda di masyarakat India, kata Devi, diperlakukan lebih buruk dari binatang. Ia sendiri menjanda sejak usia 24 tahun dan ditinggalkan oleh keluarganya.

"Masyarakat pikir kami tidak layak hidup berdampinfan dengan mereka sejak kami kehilangan suami," kata Devi.

Holi, atau Festival Warna, adalah salah satu festival Hindu terbesar yang dirayakan di India. Tradisi setempat melarang janda berpartisipasi dalam acara bermain-main dengan warna itu.

Dalam rangka mendorong para janda masuk ke masyarakat dan menurunkan stigma tentang mereka, organisasi nirlaba Sulabh International mengadakan tiga hari festival tersebut untuk para janda di dua kota tersebut.

Vrindavan dan Varanasi yang terletak di negara bagian Uttar Pradesh terkenal sebagai kota janda. Para perempuan yang dikucilkan masyarakat setelah kematian suami mereka kerap ditinggal di kota tersebut atau mereka pergi sendiri untuk mencari perlindungan di Ashram, biara.

"Tahun 2011 kami menerima surat dari Mahkamah Agung tentang kondisi para janda yang tinggal di Vrindavan dan Varanasi. Mereka kelaparan dan bahkan tidak bisa makan sekali sehari. Kondisi mereka lebih buruk daripada hewan liar. Kami berusaha memberi mereka makan dua kali sehari dan juga bantuan finansial," kata Wakil Direktur Sulabh International Vinita Verma.

Kegiatan ini bertujuan untuk memperbaiki kondisi mereka. Verma mengaku mendapat penolakan dari masyarakat namun mereka tidak menyerah.

"Sesuai tradisi mereka hanya bisa pakai sari warna putih (warna untuk janda) dan tidak boleh pakai riasan. Di sini, mereka akan bermain dengan warna, pakai baju meriah dan beberapa dari mereka pakainriasan," kata Verma.

Perayaan di Ashram untuk Janda Pagal Baba diikuti lebih dari 1.000 orang. LSM tersebut menyediakan 1.400 kilogram kelopak bunga dan 1.000 kilogram gulal, bubuk pewarna.

Annapurna Sharma, 38, dari Varanasi, mengatakan festival ini memberinya kesempatan untuk berharap dan ia belum pernah merasa sebahagia ini.

"Saya paling muda di ashram dan saya kehilangan suami saya tiga thaun yang lalu. Kami diharapkan menyerah atas semua keinginan duniawi dan menunggu mati," kata Sharma.

"Saya putus asa karena hidup saya masih panjang. Tapi festival ini memberi saya harapan dan saya belum pernah sebahagia ini," tambahnya.

Seorang janda berusia 80 tahun yang tinggal ashram di Vrindavan, Manu Gosh, turut ikut festival ini. Ia menjanda sejak usia 37 tahun.

"Satu-satunya harapan saya adalah merayakan  festival ini dengan semangat, sampai saya hidup di dunia ini," kata Gosh.

Penerjemah: Natisha Andarningtyas
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2015