Kota Gaza (ANTARA News) - Pemimpin Gerakan Perlawanan Islam (Hamas) pada Rabu (4/3) mengumumkan bahwa Hamas bersedia menyelesaikan dan mengatasi silang pendapat baru-baru ini dengan Mesir.

Ismail Haneya, Wakil Kepala Hamas mengatakan di dalam pernyataan yang dikirim melalui surel bahwa gerakannya "siap menerima setiap usul yang akan menghilangkan penghalang antara Palestina dan saudera mereka di Mesir".

Haneya mengatakan ia berbicara melalui telepon dengan Mohamed Subaih, Wakil Ketua Liga Arab di Kairo, dan menyampaikan kembali strategi dalam hubungan dengan Mesir.

"Baik Hamas maupun rakyat kami tidak akan yang mencampuri urusan dalam negeri di Mesir dan negara lain Arab, tempat keamanan nasional Mesir menjadi prioritas seperti keamanan nasional rakyat Palestina," kata Haneya.

Ia menghargai pernyataan Subaih yang menyatakan gerakan perlawanan Palestina "adalah gerakan pembebasan nasional dan bukan kelompok teroris dan Hamas adalah salah satu gerakan itu", demikian laporan Xinhua.

Pada Sabtu, satu pengadilan di Kairo mencap Hamas sebagai "kelompok teroris", hanya satu bulan setelah pengadilan yang sama menganggap sayap bersenjata kelompok tersebut, Brigade Al-Qassam, sebagai "organisasi teroris".

Media Mesir telah menuduh Hamas "membantu kelompok pelaku teror" yang melancarkan serangan mematikan terhadap personel militer Mesir di Semenanjung Sinai di Mesir.

Hubungan antara Hamas dan Mesir tegang setelah penggulingan presiden Mohamed Moursi, dari kubu Islam, pada 2013 dan dilarangnya Ikhwanul Muslimin serta menganggap kelompok itu sebagai "organisasi teroris".

(Uu.C003)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015