Beirut (ANTARA News) - Militer Lebanon siap dan sangat mampu menghadapi aksi teror serta akan melanjutkan misinya tak peduli apa pun perbedaan politik yang ada, kata seorang komandan senior militer Lebanon dalam satu wawancara televisi pada Kamis (5/3).

"Militer dipaksa bertempur melawan pelaku teror ... Militer membela rakyat Lebanon dan takkan pernah memihak dalam konflik politik di negeri ini," kata Panglima Angkatan Darat Lebanon Jenderal Jean Qahwaji.

"Masalah utama buat militer sekarang ialah melindungi Lebanon dari setiap jenis hasutan dan menghadapi pelaku teror," kata panglima itu, sebagaimana dikutip Xinhua.

Qahwaji juga menyatakan militer Lebanon telah menerima bantuan senjata canggih dari Amerika Serikat, dan bantuan militer dari Jordania.

Militer Lebanon kini terlibat dalam perang sengit melawan kaum fanatik dari kelompok yang memiliki hubungan dengan Al-Qaida, Front An-Nusra, dan ISIS, yang berkubu di perbatasan Lebanon Timur dengan Suriah.

Pada Agustus lalu, gerilyawan garis keras merebut Kota Arsal di perbatasan bagian timur Lebanon dan terlibat dalam bentrokan sengit dengan militer Lebanon.

Sebelum mundur ke Suriah, beberapa pria bersenjata menculik sedikitnya 35 prajurit dan polisi, dan anggota Front An-Nusrae belakangan membunuh empat prajurit sedang anggota ISIS memenggal satu orang lagi.

Arab Saudi memerintah dukungan keuangan segera sebanyak empat militer dolar AS buat lembaga keamanan dan militer Lebanon, dan pengiriman pertama senjata yang disepakati dengan Prancis dijadwalkan tiba di Lebanon pada awal April.

Lebanon juga menghadapi beban berupa pengungsi Suriah dan pejabat PBB yang sedang berkunjung ke Lebanon, Valerie Amos, pada Rabu (4/3) mengatakan seluruh dunia menyadari dampak yang ditimbulkan oleh pengungsi Suriah terhadap Lebanon, kata National News Agency (NNA).

"Saya berterima kasih kepada perdana menteri atas kebaikan hati yang diperlihatkan oleh pemerintahnya dan rakyat Lebanon selama empat tahun belakangan dengan menampung pengungsi Suriah," kata Valerie Amos sebagai Wakil Sekretaris Jenderal PBB Urusan Kemanusiaan dan Koordinator Bantuan Darurat setelah pertemuan dengan Perdana Menteri Lebanon Tammam Salam.

Valerie Amos juga mengunjungi Menteri Urusan Sosial Rashid Derbas. Ia bersama Rashid Derbas membahas sejumlah urusan kemanusiaan, terutama yang berkaitan dengan pengungsi Suriah di Lebanon.

Menurut Komisariat Tinggi PBB Urusan Pengungsi (UNHCR), Lebanon menampung lebih dari 1,2 juta pengungsi Suriah dan memikul beban berat untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.

Sejak awal 2015, Pemerintah Lebanon telah mulai memberlakukan peraturan ketat guna mengendalikan arus pengungsi dari Suriah.

(Uu.C003)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015