Damaskus  (ANTARA News) - Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan ia "berhasil bertahan" dalam menghadapi krisis selama hampir empat tahun di Suriah berkat dukungan rakyat.

Dukungan rakyat memungkinkan dia untuk tetap bertahan dalam menghadapi konflik yang berkepanjangan kendati negara regional dan Barat juga telah memberi dukungan kepada gerilyawan bersenjata di Suriah, kata Bashar dalam wawancara dengan Stasiun Televisi Negara Portugal, RTP.

Hasil wawancara tersebut disiarkan pada Rabu malam (4/3) dan disiarkan juga oleh media Suriah pada Kamis.

Sementara itu, Presiden Suriah tersebut mengatakan, "Suriah bukan negara gagal." Ia mengatakan gaji masih dibayarkan kepada pegawai negara di beberapa daerah yang dikuasai gerilyawan.

Rakyat Suriah bertekad untuk terus memerangi pelaku teror dan mendukung negara mereka, tambah Bashar, sebagaimana diberitakan Xinhua.

Bashar juga menyatakan jumlah korban jiwa di pihak rakyat Suriah dalam krisis tersebut yang disiarkan oleh media Barat dibesar-besarkan, dan kembali menyampaikan tuduhan bahwa negara Barat mendukung pelaku teror di Suriah.

Menurut Observatorium Suriah bagi Hak Asasi Manusia, jumlah korban jiwa setelah hampir empat tahun krisis telah naik jadi 210.000, hampir separuh dari mereka adalah warga sipil.

Militer Suriah pada Kamis menewaskan seorang komandan militer kelompok yang memiliki hubungan dengan Al-Qaida, Front An-Nusra selama operasi "kualitatif" di Provinsi Idlib di bagian barat-laut negeri itu, kata kantor berita resmi Suriah, SANA.

Komandan militer tersebut, yang dijuluki Hammam Ash-Shami, tewas bersama pemimpin lain Front An-Nusra, ketika satuan militer Suriah menyerang pertemuan mereka di Kota Kecil Habait di pinggiran Idlib, kata SANA. Namun kantor berita Suriah itu tidak memberi keterangan terperinci mengenai peristiwa tersebut.

Observatorium Suriah bagi Hak Asasi Manusia, yang berpusat di Inggris, juga melaporkan serangan terhadap pertemuan pemimpin Front An-Nusra di Idlib itu, dan mengatakan laporan bertolak belakang apakah pelaku serangan tersebut adalah militer Suriah atau malah koalisi anti-teror pimpinan AS.

Nasib Abu Muhammad Al-Golani, pemimpin utama Front An-Nusra, katanya, masih belum diketahui di tengah laporan bahwa ia berada di daerah yang diserang.

Front An-Nusra belum lama ini telah memusatkan serangannya terhadap militer Suriah dan apa yang disebut gerilyawan "moderat" di Idlib agar bisa memiliki kubu di daerah di dekat perbatasan Turki.

Meskipun demikian, serangan pada Kamis tersebut dipandang sebagai pukulan keras terhadap kelompok yang berafiliasi kepada Al-Qaida di Suriah.

(Uu.C003)

Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2015