Riyadh (ANTARA News) - Menteri Luar Negeri Arab Saudi pada Kamis (5/3) mendesak sekutu pimpinan Amerika Serikat yang melakukan serangan udara melawan kelompok Negara Islam di Suriah dan Irak (Islamic State of Iraq and Syria/ISIS) untuk melancarkan serangan darat ke kelompok radikal itu.

Kerajaan yang menjadi bagian dari persekutuan tersebut "menekankan kebutuhan menyediakan sarana militer yang diperlukan untuk menghadapi tantangan di darat," kata Pangeran Saud al-Faisal dalam jumpa pers dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat John Kerry.

Beberapa negara Arab telah bergabung dengan kampanye serangan udara melawan kelompok Negara Islam.

Presiden Barack Obama, yang ingin menghindari perang darat berlarut-larut, telah mendukung kampanye serangan udara, tetapi mengesampingkan pengerahan infanteri.

Menteri Luar Negeri Arab Saudi itu juga memperingatkan peningkatan peran Iran di Irak, menuduh republik Islam yang didominasi Syiah itu "mengambil alih" tetangga kerajaan Arab itu melalui bantuan untuk memerangi kelompok IS.

"Tikrit adalah contoh utama dari apa yang kami khawatirkan. Iran mengambil alih negara itu," kata Faisal merujuk ke kampung halaman mendiang diktator Irak Saddam Hussein tersebut.

Kerry menegaskan bahwa Amerika Serikat memiliki informasi bahwa komandan pasukan kuat Iran, pasukan Quds, Jenderal Qassem Suleimani, berada di darat di Irak untuk membantu serangan.

"Apakah Jenderal Suleimani - berada di lapangan, apakah ia memainkan peran? Jawabannya, ya," kata Kerry seperti dilansir kantor berita AFP.

"Kami sudah mendapat informasi mengenai hal tersebut," katanya, menegaskan bahwa bagaimanapun operasi itu dipimpin Irak.

"Semua orang sudah tahu bahwa ada beberapa gerakan pasukan Iran, baik di dalam maupun di luar kawasan Irak utara, yang telah terlibat dalam pertempuran sejak awal. Tapi kami tidak berkoordinasi. Kami tidak berkoordinasi dengan mereka," katanya.

Pejabat tinggi militer Amerika Serikat, Jenderal Martin Dempsey, mengatakan Selasa bahwa bantuan Iran dalam serangan Irak untuk merebut kembali Tikrit bisa menjadi "hal yang positif" jika tidak memicu masalah sektarianisme.

Pada Kamis, Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan operasi militer yang ditujukan untuk merebut kembali Tikrit dari ISIS telah menyebabkan sekitar 28 ribu orang meninggalkan rumah mereka.

"Kami telah mendesak semua pasukan Irak untuk menghindari dan mencegah pelanggaran pada warga sipil dari segala macam aktivitas yang melanggar norma-norma internasional, yang memicu ketakutan sektarian, serta mempromosikan perpecahan sektarian, dan itu termasuk Iran," kata Kerry.

Sekitar 30 ribu anggota pasukan keamanan Irak dan pejuang sekutu melancarkan operasi untuk merebut kembali Tikrit pada Senin.

Arab Saudi yang mayoritas Sunni mewaspadai ambisi pesaingnya Iran di kawasan Teluk. (Uu.G003)

Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2015